Hot News

Popular Posts

latest News

More Hot News

Fashion Trends Gossip

By indra januar | Minggu, 03 Februari 2013
Posted in

Rajin Sedekah, Rejeki Melimpah Kisah Sukses Pengusaha Mebel Wanadadi Banjarnegara

By indra januar | Jumat, 13 April 2012
Posted in


Alkisah, warga Padang Sumatera Barat terkenal dengan jiwa merantaunya. Tidak sekalipun pulang sampai cita-cita digapai. Tidak mudik manakala kesuksesan belum diraih. Kata sebagian orang, malu manakala belum jadi orang sukses. Demikian semangat membara orang minang. Kita bisa lihat kisah sukses para saudagar Padang, atau kisah sukses warga minang lain dengan rumah makannya.
Meski bukan keturunan Minang, Arab ataupun Cina, Ibu Sumarti (48 th) adalah satu dari sekian pengusaha yang mewarisi semangat mereka. Istri dari Pak Samsul (54 th) ini telah banyak makan garam soal perdagangan. Sejak SD dirinya sudah terbiasa membantu melayani pembeli di kios kelontong milik orang tuanya tepatnya di Pasar Induk Wanadadi Banjarnegara. Ajaran melayani pelanggan sebaik-baiknya, jujur dan murah senyum telah ia terima sejak itu. 

Tak hanya itu, semangat berusaha dan sedikit manajemen pun telah ia dapatkan sedari kecil. Tak heran kemudian dalam perjalanan usahanya ketika ia sudah mandiri bersama sang suami, dirinya mengaku jarang sekali merasa sulit dalam usaha mebelnya yang telah ia mulai sejak tahun 1985 silam. Mebel Ridlo, demikian nama toko dari pasutri (pasangan suami istri) ini. 

Bagi Bu Marti, usaha mebel bukanlah usaha yang pertama. Ibu tiga anak ini menuturkan, bahwa ia sebelumnya juga membuka warung kelontong di Pasar Induk Wanadadi, namun karena alasan pindah rumah ia berhenti berjualan. ”Kita juga pernah jualan buku mas, kebetulan ada SMP Wanadadi di depan rumah, namun akhirnya berhenti juga karena koperasi sekolah mewajibkan siswanya membeli buku di sekolah” jelasnya. 

Ikhtiar semaksimal mungkin. Meski belum sukses dengan usaha sebelumnya, namun do’a sembari terus bersedekah tak henti-hentinya ia lakukan. ”Ibu saya mengajarkan shalat malam, shalat dhuha dan sebisa mungkin bersedekah setiap hari. Meski saya tak tahu apa yang akan saya dapatkan dengan melakukan hal itu, namun saya selalu berusaha mencontoh apa yang telah dilakukan orang tua saya” terang Bu Marti. 

Pucuk dicinta ulam pun tiba, demikian kata pepatah. Toko Mebel Ridlo berawal dari hal kecil yang sangat sederhana. ”Kala itu kebetulan ada temen yang butuh lemari, gak tahu kenapa ia percaya kepada saya untuk mencarikan ke tukang kayu, mungkin semuanya memang telah diatur. Lha saya kan sukanya bisnis, jadi ya saya pesan ke tukang kayu kemudian saya jual pada teman saya itu dengan cara diangsur” cerita ibu yang murah senyum ini. 

”Berawal dari satu orang, lama kelamaan teman-teman lainpun ikut-ikutan membeli kepada saya saat mereka butuh lemari, kursi atau mebel lainnya. Saya dan suamipun kemudian berfikir kenapa tidak membuka toko sendiri saja. Akhirnya kamipun membuka toko sendiri 24 tahun silam. Dengan dua tukang kayu, rumah kami jadi pabrik sekaligus toko” tambahnya berkisah. 

Untuk mencapai kesuksesan dan kemapanan memang selalu butuh perjuangan dan kesabaran, demikian pula yang dialami Bu Marti dan Pak Samsul. Berawal dari uang 20 ribu rupiah saat pertama kali mendapat pesanan dari teman, itupun pinjaman orang tua, kini tak terhitung lagi jumlahnya. Ketika ditanya asset maupun omzet harian, ia hanya menjawab dengan senyum saja, sembari guyon ”Saya tak pernah menghitung mas, nanti malah terlalu banyak pikiran”. Saat disusul dengan pertanyaan, lalu bagaimana dengan manajemennya bu? ”Kami hanya menulis transaksi dengan tiga pembukuan; pemasukan, pengeluaran, dan piutang” jawabnya. 

Tak lagi menjadikan rumah sebagai pabrik sekaligus toko, namun tokonya telah dibangun sendiri meski berada di samping rumah. Pabriknya pun sudah berdiri sendiri, berada di daerah Purbalingga. 

Kini toko mebel ridlo telah memiliki 25 karyawan, 15 orang tukang kayu, dan 10 orang pelayan di toko. Dua anaknya yang kini telah berkeluarga pun, membuka cabang di Karangkobar dan Linggamerta Banjarnegara. 

Pak Samsul memberikan resep kepada kita semua seputar kesuksesannya. Menurutnya, salah satu kunci suksesnya ia biasa menjual mebel lebih murah. Harga beli di toko lain, menjadi harga jual di toko mebel ridlo ini. “Saya selalu membayar lunas barang yang dikirim oleh sales, sehingga saya bisa dapat harga lebih murah” jelas lulusan sebuah STM di Yogya ini. 

“Kami tak pernah promosi, tapi alhamdulillah langganan kami dari mana-mana, tak hanya Banjarnegara saja tapi juga luar kota. Bahkan ada langganan kami dari Sumatera, kulakan di sini dan dijual lagi di sana” tambahnya.

Untuk menemukan tokonya anggota TAMZIS Wanadadi Banjarnegara ini tidaklah sulit, letaknya yang strategis di Jalan Raya Wanadadi tepatnya depan SMP N 2 Wanadadi. Buka dari jam setengah tuju pagi hingga jam lima sore.

Kini, untuk urusan simpanan harian maupun investasi, dipercayakan kepada TAMZIS. ”Saya percaya dengan TAMZIS, begitu juga Mbak Umi marketing TAMZIS Wanadadi yang setiap hari datang. Nyaman, dan enak” kata ibu yang telah ziarah haji ini.

Suami istri itu saling melengkapi, barangkali begitu juga dengan toko mebel ridlo. Disisi lain, Bu Marti mengungkap rahasia suksesnya. Menurutnya, sebagai penjual harus murah senyum dan nyedulur (membina persaudaraan). “Saya suka guyon mas, bersilaturahim dan ngobrol, kalau kita berniat baik dan husnudzon insya Allah kita akan banyak saudara” katanya. “Untuk urusan rejeki Allah telah menentukan, yang penting kita selalu berdo’a, ikhtiar, dan jangan lupa selalu beramal meski sedikit, tapi kalau bisa kita usahakan rutin” tambah alumni PGAN Banjarnegara ini.

Hasilkan Ratusan Juta Berkat Rajin Sedekah

By indra januar |
Posted in


 
Rabu, 26 Januari 2011 , 10:05:00
 
ENTREPRENEUR: H Juned sibuk bertelepon sedang mengawasi anak buahnya yang sedang memotong besi.

Siapa sangka besi tua yang tadinya tak bernilai, bisa menjadi mesin uang? Itulah yang dilakukan H Juned, pengusaha besi bekas yang jatuh bangun dalam membesarkan usahanya.

KEBERADAAN usaha besi tua di sepanjang Jalan Raya Warungborong- Ciampea memang sudah melegenda. Usaha yag terlihat kotor dan tidak bernilai itu ternyata menghasilkan keuntungan besar. H Juned (47), bahkan bisa menghasilkan ratusan juta rupiah per bulan.

“Modal yang dikeluarkan memang agak besar, namun keuntungan yang saya dapat sepuluh kali lipatnya. Tapi semua itu tidak saya dapatkan dengan mudah, butuh kerja keras yang kuat untuk mencapainya,” ucap bapak enam orang anak ini.

Ia menuturkan, teman seprofesinya banyak yang berhasil, tapi ada pula yang bangkrut karena tidak kuat bersaing dengan pengusaha lain.

Berdasarkan pengakuannya, modal yang ia keluarkan untuk memulai usahanya ini sebesar Rp8 juta. Uang itu digunakan untuk membeli peralatan las, bahan baku berupa besi tua dan sisanya untuk menyewa tempat.

“Bahan baku yang saya gunakan adalah jenis limbah besi bekas yang didapatkan dari Jakarta seharga Rp8.000- Rp10.000 per kilogram,” terang Juned.

Setelah bahan mentah didapat,besi-besi tua itu dipotong menjadi beberapa bagian kemudian disatukan kembali menjadi sebuah gelondongan yang berfungsi sebagai pemisah batu dan emas. Sehari bengkelnya bisa menghasilkan 70 besi gelondongan.

Setiap besi gelondongan harganya bervariasi dari mulai Rp500.000-Rp1.300.000 juta perbuah, tergantung ukuran. Juned mengakui pemasaran besi gelondongan ini sudah hampir ke seluruh Indonesia. Di antaranya Kalimatan, Sumbawa, Medan, Aceh, Gunung Julang dan Pongkor. Sekali pemesanan bisa mencapai 400 buah.

Suami Een Suhaeni (40) ini mempekerjakan 15 orang dengan keuntungan Rp100 juta perbulan. Bukan nominal kecil bagi seorang pengusaha besi bekas yang baru meniti usaha 17 tahun terakhir ini.

“Saya selalu berusaha untuk maju dan berkembang, karena usaha yang saya lakukan semata- mata hanya untuk keluarga,” ucapnya.

Juned menambahkan, ada kiat khusus agar menjadi pengusaha sukses, yakni perbanyaklah sedekah kepada anak yatim.(*)
  

Wisata Hati Ust, Yusuf Mansur Prinsip Pengusaha Ke-5 (As-Shodiqin)

By indra januar | Minggu, 11 Maret 2012
Posted in

Sebelumnya kita baca dulu QS. Ali Imron : 14-17 yang berisi tentang 7 Prinsip Menjadi Pengusaha berikut ini,
14.  Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
15.  Katakanlah: “Inginkah Aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
16.  (yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami Telah beriman, Maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,”
17.  (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur[187].
[186]  yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.
[187]  Sahur: waktu sebelum fajar menyingsing mendekati subuh.
Setelah beberapa hari ketinggalan nggak menyaksikan pengajian wisata hatinya Yusuf Mansur, sekarang udah sangat ketinggalan. Pembahasannya sekarang udah nyampe prinsip jadi pengusaha yang ke-5, yaitu As-Shodiqin, be trusted people, menjadi orang yang bisa dipercaya. Dapat dipercaya ini sudah lebih dari sekedar modal. Ketika orang bilang, “Antum pake aja uang ini untuk usaha antum, nanti kalo udah dapat untung banyak, baru antum kembalikan ke ane”, ini sudah merupakan modal yang begitu besar. Namun, sifat dapat dipercaya ini tidak serta merta ada pada diri kita tanpa pembuktian sebelumnya. Butuh proses yang begitu panjang sampai terbukti bahwa kita layak untuk dipercaya orang lain.
Kalo kata pak Arqom, trainer dari Trustco yang begitu keren, kita bisa mengecek seberapa besar kepercayaan orang lain ke kita dengan mengirim SMS ke semua nomor yang ada di kontak HP kita yang isinya, “Akh/Ukh, ane lagi butuh duwit untuk modal usaha, antum bisa nggak minjemin ane sekian rupiah saja”. Tunggu beberapa saat, berapa orang yang dengan mantap membalas, “OK Akh/Ukh, berapa nomor rekening antum, biar ane transfer?”, atau “Kapan ane bisa nganter uangnya ke tempat antum?”. Berapa yang membalas, “Afwan akh/ukh, uang ane mau ane gunakan untuk urusan lain”. Dan berapa yang sama sekali nggak membalas. Ini mungkin survey kecil-kecilan untuk mengukur seberapa trusted kah kita.
Kita, manusia, diberi modal oleh Allah berupa panca indera yang sehat, tubuh yang bugar, dan segala macam kecukupan berupa nikmat yang tidak bisa dihitung, maka jangan kita buat pemilik modal kita marah karena kita tidak dapat dipercaya. Kita menggunakan modal yang diberikan Allah untuk bermaksiyat, melinggar syariat-Nya. Maka tidak heran kalo perlahan-lahan atau secara tiba-tiba Allah mencabut nikmat ini dari kita. Mata kita yang awalnya sehat, jernih ketika memandang, perlahan-lahan jadi rabun, minus, silinder atau plus. Telinga yang awalnya sangat jelas ketika mendengar suara, perlahan-lahan menjadi tersumbat. Jarang ada orang yang menyadari hal ini. Semoga kita menjadi orang yang selalu waspada akan peringatan-peringatan dari Allah dan tidak dilalaikan dengan urusan-urusan dunia.
Berbicara tentang modal, ustadz Yusuf Mansur bercerita bahwa pada tahun 2005 beliau didatangi seseorang. Orang ini bilang kalau dia adalah kakak tertua yang sudah membesarkan adik-adiknya sampai seluruh hartanya habis, tinggal 1 rumah saja yang dia tempati. Namun, yang terjadi adalah adik-adiknya mau mengambil rumah itu dan mengusir si orang ini. Nah, orang ini meminta Ustadz Yusuf Mansur untuk mendoakan agar nantinya ia bisa menang di pengadilan. Yang dilakukan Ustadz Yusuf Mansur adalah menyelidiki dulu akar permasalahannya, beliau melakukan olah TKP. Kalo memang rumah ini milik orang itu, pasti nggak akan kemana-mana, tapi kalo ada yang nggak beres di awalnya, rumah ini pasti akan hilang baik dia menang ataupun kalah di pengadilan.
Ustadz yusuf Mansur akhirnya menanyai bagaimana ceritanya kok bisa sampai begitu. Beliau tidak melihat dari urusan hukum, tetapi lebih menyoroti urusan ukhrowinya. Orang tersebut bercerita kalo sejak tahun 80 an dia memulai usahanya, setelah berjalan beberapa lama, dia akhirnya bisa membiayai adik-adiknya dan bisa membeli rumah. Namun rumah itu dibeli atas nama adiknya. Jadi adiknya memanfaatkan celah ini untuk mengambil rumah tersebut darinya. Ketika Ustadz Yusuf Mansur bertanya dari mana asal modal yang digunakan untuk usaha orang tersebut, seketika orang itu menangis. Usut punya usut, ternyata modalnya didapat dari dia menjual tanah ibunya tanpa seijin ibunya. Niatnya si bagus, ingin digunakan untuk usaha agar bisa membiayai adik-adiknya, namun yang jadi masalah adalah ibunya tidak ridho sampai ibunya itu meninggal.
Akhirnya, ustadz yusuf Mansur menyarankan lebih baik rumah itu diserahkan saja ke adiknya, karena memang itu bukan rumahnya dan segera ke makam ibunya untuk berdoa ke Allah agar ia diampuni karena telah menyakiti ibunya tersebut. Orang tersebut akhirnya menuruti apa yang disarankan oleh Ustadz Yusuf Mansur. Dia datang ke adiknya dan ikhlas menyerahkan rumah itu ke adiknya serta mengakui semuanya kalau itu rumah memang bukan haknya. Namun, diluar dugaan, adiknya malah bilang dia hanya ingin memberi pelajaran saja ke kakaknya atas perlakuannya yang telah menyakiti ibunya karena ketika masih kecil adiknya belum bisa melakukan apa-apa. Dan selanjutnya, rumah tersebut tidak jadi diambil oleh adiknya dan dikembalikan lagi ke kakaknya.
Dari cerita tersebut, dapat disimpulkan bahwa modal itu harus berasal dari sumber yang halal, jelas bersihnya, tidak boleh dari sumber yang haram. Agar usaha yang kita bangun tumbuh di atas pondasi yang halal, bukan pondasi yang haram.
Wallahu A’lam, semoga bermanfaat…
Pagi ini di wisata hati an-tv, ustadz yusuf Mansur menyampaikan tentang visi misi menjadi seorang pengusaha. Secara garis besar, visi misi menjadi pengusaha dibagi menjadi 2, yaitu Li I’laa-I kalimaatillah (meninggikan kalimah Allah di muka bumi) dan naafi’un linnaas (bermanfaat bagi manusia).
Namun, secara spesifik, visi misi menjadi pengusaha dibagi menjadi :
  1. Allah
  2. Rosulullah
  3. Keluarga (ayah, ibu, istri, anak, dll)
  4. Alam (manusia, lingkungan, kebersihan, dll)
Bagaimana kalo visi misinya adalah untuk memperoleh kekayaan atau memperoleh gaji gede? Apakah nggak boleh? Jawabannya adalah, kalau pengen kaya, tanpa jadi pengusaha pun bisa. Jadi pengusaha jangan hanya sekedar pengen kaya saja, tapi hendaknya karena visi-misi tadi (Allah, Rosul, Keluarga, alam). Proposal pengusaha inilah yang nantinya akan dilihat oleh Allah. Jika motivasinya karena Allah, Allah pasti akan menolongnya.
Menjadi pengusaha bisa jadi derajatnya lebih tinggi dibandingkan seorang ustadz jika dapat berdakwah dengan kapasitasnya sebagai pengusaha. Bayangkan jika ada seorang owner sebuah perusahaan memiliki visi misi untuk berdakwah menyeru karyawannya kepada Allah dengan kekuasaannya sehingga membuat peraturan didepan karyawannya, bahwa setiap karyawan diharuskan sholat dhuha dulu sebelum bekerja, jika tidak maka dihitung absen. Barang siapa tidak bersedia maka dipersilahkan untuk mengundurkan diri. Subhanallah… bahkan lebih banyak lagi contoh lain, seperti mengajak karyawan untuk segera break menjelang waktu sholat tiba, mengimami karyawannya untuk sholat jamaah, melarang karyawan untuk meeting ketika waktu sholat, menghimbau karyawan untuk tilawah, bersedekah, atau bahkan qiyamullail bersama.
Jika hal ini yang dilakukan, Allah pasti akan menolong usahanya karena orang ini selalu mengutamakan Allah atas yang lainnya.
Pagi ini selepas sholat subuh dan tilawah, aku sudah stand by di depan televisi bersama Rizki, temen satu kontrakanku. Ada acara yang aku tunggu-tunggu yang aku nggak ingin ketinggalan barang semenitpun, yaitu pengajiannya Bengkel Hati bersama Ustadz Yusuf Mansur tiap Senin-Jum’at jam 5 pagi di ANTV. Kemudian tak lama lagi Azizah nimbrung bersama kami. Aku sudah menyiapkan buku dan pulpen untuk mencatat materi dari ustadznya, lalu Rizki pun ikut-ikutan ngambil alat tulis. Soalnya yang namanya ilmu itu kalo nggak dicatat ya gampang sekali hilangnya.
Untuk pagi ini ustadznya menyampaikan materi tentang tawakkal. Kalo selama ini yang aku pahami tentang tawakkal ya ikhtiyar dulu baru kemudian tawakkal. Ternyata bukan seperti itu urutannya kalo menurut ustadznya. Kita tawakkal dulu dengan cara mengadu pada Allah, baru ikhtiyar.
Rumus tawakkal yang disampaikan Ustadz Yusuf Mansur adalah
  • Karena Allah
  • Kepada Allah, dan
  • Di jalan Allah
Ini sudah pasti, semuanya bermuara pada Allah. Sedangkan urutannya adalah
  1. Allah dulu
  2. Allah lagi
  3. Allah terus
Ustadz yusuf Mansur memberikan contoh yang sangat bagus sekali mengenai implementasi dari konsep “Allah dulu, Allah lagi, Allah terus” ini.
Gini ceritanya, ada seorang bapak, sebut saja Pak Ahmad. Beliau butuh biaya kuliah untuk anaknya. Di rumah beliau punya sepeda motor yang bisa dijual untuk memenuhi biaya kuliah tersebut. Kemuangkinan terjual 2,5 juta, namun Pak Ahmad ini butuhnya 4 juta. Ketika anaknya datang meminta uang ke Pak Ahmad, jika beliau orang biasa, beliau akan bilang “Iya nak, ada motor, nanti akan bapak jual untuk membiayai kuliahmu”.
Menurut kalian ada yang salah nggak dengan jawaban Pak Ahmad tadi? Aku pun berpikiran apanya yang salah ya dari jawaban tadi. Ternyata nggak gitu sodara-sodara, Pak Ahmad ini karena tau betul gimana tawakal menjawab “Ya nak, bapak tak konsultasi dulu ke Allah, karena kemungkinan bapak bisa menjual motor bapak”. Kemudian Pak Ahmad sholat dhuha lalu berangkat ikhtiyar untuk menjual motornya. Dari sini, pak ahmad tidak menggantungkan penolongnya kepada motor, tapi Allah lah yang didahulukan (Allah dulu).
Selanjutnya, setelah nyampe ke toko dimana motornya mau dijual, terjadi tawar menawar antara pak Ahmad dengan pembeli,
Pak ahmad : “ini saya mau jual motor, saya tawarkan 4 juta rupiah, bagaimana pak?”
Pambeli : “motor kayak gini 4 juta, 2 juta pak”
Pak ahmad : “waduh pak, jangan 2 juta, saya butuh 4 juta untuk biaya kuliah anak saya”
Pembeli : “ya udah, 2,5 juta, mau kagak?”
Pak ahmad : (kalo 2,5 juta, yang 1,5 juta laginya dari mana, tapi gak papa lah ada Allah) “hmmm, sebentar ya pak, saya tak ijin dulu ke Allah, boleh nggak 2,5 juta” (Allah lagi)
Pembeli : “ya udah sono, tanyain ke Allah, 2,5 juta boleh kagak”
Akhirnya Pak Ahmad mencari mushola, beliau wudhu dan sholat sunnah. Setelah itu beliau berdoa kepada Allah, mengadukan semua yang menjadi permasalahannya, meminta jawaban apakah beliau harus menjual motornya seharga 2,5 juta. Kalo memang Allah mengijinkan, sisanya yang 1,5 juta pasti akan Allah carikan jalan untuk memenuhinya.
Apakah tiba-tiba jawaban dari Allah langsung terdengar oleh Pak Ahmad? Tidak seperti itu, jawaban itu berupa isyarat, bisa jadi ketika nanti Pak Ahmad balik menemui pembeli, pembelinya sudah pergi, itu berarti Allah tidak mengijinkan, jika pembelinya tetap menunggu, berarti Allah mengijinkan. Atau mungkin ada isyarat-isyarat lain yang memperlancar atau menghambat proses jual belinya itu.
Setelah Pak Ahmad mantap dengan niatnya, yang ingin menjual dengan harga 2,5 juta. Beliau akhirnya keluar dari mushola untuk menemui pembeli itu tadi. Eh, tanpa disangka-sangka, apa yang terjadi? Motornya sudah tidak ada ditempat, raib entah ke mana. Wah, gimana ini, kira-kira kalo kita yang ada diposisi Pak Ahmad, apa yang akan kita lakukan? Hmmm,,, unpredictable… tapi Pak Ahmad mencoba untuk tegar, karena beliau sejak awal tidak menyandarkan hidupnya pada motornya itu, beliau masih punya Allah yang tidak akan pernah hilang. Akhirnya beliau yang masih punya wudhu, sholat lagi mengadu ke Allah atas apa yang menimpanya ini. Kali ini dijamin sholatnya lebih khusyu’ dari yang sebelumnya (hehe…).
Melihat ayahnya yang pulang ke rumah tanpa membawa motor, anaknya bertanya, “gimana pak, motornya sudah terjual?” pak ahmad hanya bisa memasrahkan semuanya pada Allah. Dan yakin nanti akan diganti oleh-Nya (Allah terus).
Yup, sambil denger cerita itu, terasa tertohok-tohok diriku. Selama ini, rasanya si sudah tawakkal gitu, tapi belum mengamalkan yang Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.
Semoga bermanfaat…Wallahu a’lam bisshowab
Kamis, 12 Januari 2012

Menjadi Kaya dengan Sedekah

By indra januar | Selasa, 06 Maret 2012
Posted in

Semua berawal dari perkataan teman tentang sedekah. Dia bercerita tentang Ustad Yusuf Mansur yang menganjurkan sedekah untuk mendapatkan tujuan kita. Dalam kondisinya, dia ingin segera menikahi tambatan hatinya namun kekurangan biaya. Ia pun mulai bersedekah berdasarkan jumlah nominal uang yang ia perlukan untuk membuat resepsi pernikahan nanti.
Karena penasaran dengan Ustad Yusuf Mansur yang telah membuat teman saya sangat terinspirasi itu, saya pun segera mencari informasi tentang Ustad Yusuf Mansur. Ternyata saya menemukan film ‘Kun FayaKuun‘ yang dibuat oleh Ustad Yusuf Mansur. Film ini bercerita tentang kehidupan seorang tukang kaca yang jauh dari mencukupi, namun tukang kaca itu tidak berputus asa dari rahmat Allah dan ia tetap bersedekah meskipun kekurangan.
Film ini sangat menginspirasi saya sehingga malam itu juga saya memutuskan besok pagi saya akan naik bis ke kantor agar bisa membeli banyak barang yang ditawarkan ke saya di dalam bis dengan maksud sedekah. Alhamdulillah, baru saja berniat seperti itu, besok paginya saya diajak meeting mendadak oleh seseorang dan dari pembicaraan kami telah lahir sebuah peluang yang nilainya ratusan kali lipat dari jumlah yang saya niatkan untuk sedekah. Subhanallah, baru niat saja sudah seperti itu! Saya pikir ini kebetulan, tapi waktu mendengarkan testimoni ibu ini di YouTube, saya yakin ini bukan sekedar kebetulan.
Saya semakin penasaran dan membeli buku dengan judul ‘The Miracle of Giving, Keajaiban Sedekah‘ yang ditulis oleh Ustad Yusuf Mansur sendiri. Di dalam buku itu, disebutkan dalam Al-Qur’an Surat 6:160, Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik. Bahkan di dalam Al-Qur’an Surat: 2: 261, Allah menjanjikan balasan sampai 700 x lipat.  Selama ini terus terang saya nggak menyadarinya. Insya Allah sedekah terus saya lakukan, tapi saya nggak pernah ‘menghitung’ dan mengharapkan apa yang akan saya dapatkan nanti dari Allah. Saya tidak menghubung-hubungkan rejeki yang saya terima dengan sedekah yang saya lakukan, padahal itu berkaitan erat!
Di dalam buku ini, Ustad Yusuf Mansur berkata, apa yang sudah kita ketahui ini akan menjadi ilmu buat kita. Sehingga jika kesusahan dalam hal finansial, nggak susah-susah minta tolong orang lain, tapi langsung minta tolong kepada Allah. Karena sadar dengan hal ini pun, saya jadi berusaha untuk sedekah dengan lebih baik dan terencana.
Beberapa tips menjadi kaya dari masukan Ustad Yusuf Mansur:
  1. Shalat Dhuha 4 rakaat (dilaksanakan dalam 2 rakaat – 2 rakaat) dapat membuka pintu rizqi
  2. Meminta pada Allah saat Shalat Tahajjud
  3. Memelihara dan memberi makan anak yatim
  4. Sedekah 10% dari penghasilan, karena 2,5% saja tidak cukup
  5. Sedekah 10% dari jumlah yang diinginkan. Dengan konsep ini, jika kita ingin membeli rumah seharga Rp 100 juta, maka kita harus bersedekah sekitar Rp 10 juta terlebih dahulu. Karena beginilah matematika sedekah menurut Ustad Yusuf Mansur 10 – 1 = 19
    Dalam matematika biasa memang 10 – 1 adalah 9. Namun karena Allah menjanjikan balasan 10x lipat, maka minimal kita akan mendapatkan 19. Jika perhitungan dilanjutkan maka akan seperti ini:
    10 – 2= 28
    10 – 3= 37
    10 – 4= 46
    10 – 5= 55
    10 – 6= 64
    10 – 7= 73
    10 – 8= 82
    10 – 9= 91
    10 – 10= 100
    Jadi sekarang agak ‘masuk akal’ kan jika ingin beli rumah Rp 100 juta maka harus bersedekah Rp 10 juta dulu :)
  6. Tambahan dari saya mungkin bisa dicoba. Saya selama ini bersedekah untuk sesuatu yang sifatnya dapat berlipat ganda. Misalnya, sedekah untuk pendidikan anak, sedekah untuk alat ibadah, dll, yang kemungkinan pahalanya dapat saya bawa hingga mati (karena terus mengalir).
Last but not least, kadang-kadang untuk bisa percaya, kita perlu membuktikan. Mungkin dari pengalaman sendiri sudah banyak, tapi karena nggak perhatian akhirnya kita lupa. Silahkan baca pengalaman-pengalaman orang lain yang bersedekah dan merasakan manfaatnya di situs Wisata Hati milik Ustad Yusuf Mansur. Selamat bersedekah!

Pagi ini gue praktekin ilmu sedekah-nya di bis, dengan membeli barang-barang yang tidak terlalu gue butuhkan plus menyantuni pengamen dan peminta-minta yang terlihat memang tidak capable menolong dirinya sendiri. Di sini gue ikhlas dan menghilangkan buruk sangka seperti, “Dapet berapa tu orang sehari, jangan-jangan lebih kaya dari gue!”.
Kalau dihitung berarti hari ini ‘invest’ Rp 50.000 di dalam bis. Kemudian pas sampai kantor, ngambil dokumen adek gue di lantai 1, ternyata masi disuruh bayar Rp 400.000-an lagi dan karena mereka nggak punya mesinnya gue disuruh ambil ATM dulu aja di depan. Meskipun bawaan gue banyak banget dari di bis sampe kantor gue coba tahan nggak ngedumel. Ternyata setelah gue ambil duit gue seperti nggak berkurang malah bertambah. Langsung deg-degan.
Sampai kantor langsung cek Klik BCA and ada transferan senilai 20x investasi gue tadi pagi dari arah yang tidak disangka-sangka. Jadi teman-teman, ilmu baru ini terbukti dan teruji, jangan ragu lagi!
Ps: Semua barang itu tidak akan menjadi mubazir, karena akan di-donate pada yang benar-benar membutuhkan
Pss: Semua yang disampaikan tidak untuk bermaksud Riya’a

Ustad Yusuf Mansur dan Matematika Sedekah

By indra januar |
Posted in

Ustad Yusuf Mansur dan Matematika Sedekah

yusuf-mansurPada bulan Ramadhan tahun ini, di layar TV hampir setiap hari muncul wajah ustad muda yang namanya sedang melejit. Dialah ustad Yusuf Mansur, ustad muda dari Betawi. Usianya memang masih sangat muda, setelah mencari data lewat Mbah Google saya baru tahu kalau dia lahir pada tanggal 19 Desember 1976, jadi usianya baru 33 pada tahun ini. Wajahnya yang baby face, bersih, dan terkesan imut-imut.
Setelah pamor Aa Gym redup, ada beberapa ustad muda yang tengah naik daun. Mereka diantaranya adalah Ustad Jefry, Ustad Arifin Ilham, dan Ustad Yusuf Mansur (Ustad = guru). Kalau ustad Jefry dikenal sebagai “ustad gaul” karena dia populer di kalangan anak-anak muda. Kalau Ustad Arifin Ilham populer dengan majelis dzikirnya yang menghadirkan ribuan ummat dengan dress code putih-putih. Oh ya, saya ada sedikit kritikan buat Arifin Ilham, menurut saya dzikir itu tidak perlu dilakukan secara massal dan terbuka seperti itu, apalagi disiarkan secara langsung oleh televisi yang menampilkan Ustad Arifin Ilham menangis tersedu-sedu diikuti oleh para jamaahnya. Kurang sreg gitu, menurut saya eksploitasi seperti itu dapat mengurangi kekhusukan dzikir sebagai ibadah personal antara makhluk dengan Khaliknya.
Namun terhadap ustad Yusuf Mansur saya memberi respon positif. Saya mengikuti ceramah, diskusi, maupun obrolan dari ustad ini di televisi. Kata-katanya sederhana namun bernas dan mengena di hati. Ustad Yusuf Mansur mengusung tema “shadaqoh” atau sedekah dalam setiap dakwahnya. Dia mengajak ummat Islam untuk rajin bersedekah. Sebagian besar ummat Islam memahami sedekah adalah sebuah pemberian secara ikhlas untuk membantu orang dhuafa, misalnya memberi sedekah kepada pengemis, anak yatim, orang miskin, dan kaum papa lainnya. Setelah memberi sedekah umumnya kita melupakan pemberian tadi dan menganggap sedekah sebagai hal yang biasa saja.
Tapi, di “tangan” ustad Yusuf Mansur, makna sedekah (giving) lebih dari sekedar memberi. Dia menulis di dalam bukunya, The Power of Giving, tentang manfaat bersedekah. Sedekah tidak hanya untuk mensucikan harta, tetapi juga dapat menghapus dosa, memperoleh ampunan Allah, mendapatkan ridha dan kasih sayang dari Allah, memperoleh bantuan dari Allah, dan memakbulkan doa-doa. Dia menjelaskan konsep yang bernama “matematika sedekah”. Konsep matematika sedekah tidak sama dengan matematika yang kita kenal. Dasarnya ada pada Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 160 dimana Allah menjanjikan balasan 10 kali lipat bagi mereka yang mau berbuat baik (bersedekah adalah salah satu perbuatan baik):
Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). QS. Al-An’am (6) : 160
Begini konsep matematika sedekah itu (dikutip dari sini):
Menurut pelajaran matematika yang kita kenal di sekolah dasar,
10 – 1 = 9,
tetapi, di dalam matematika sedekah,
10 – 1 = 19,
sebab setiap kali kita bersedekah dengan memberikan satu unit rizki (harta) kita, Allah akan menggantinya (membalasanya) 10 kali lipat.
Jika matematika sedekah itu dilanjutkan, maka kita memperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:
10 – 2 = 28
10 – 3 = 37
10 – 4 = 46
10 – 5 = 55
10 – 6 = 64
10 – 7 = 73
10 – 8 = 82
10 – 9 = 91
10 – 10 = 100
Jadi, setelah 10 unit harta kita habis disedekahkan, maka kita memperoleh balasan dari Allah SWT 10 kali lipat dari semula, yaitu 100 unit. Matematika sedekah ini juga menjelaskan bahwa seseorang tidak akan jatuh miskin karena sering bersedekah, sebaliknya rizkinya makin bertambah. Subhanallah. Karena itu tidaklah perlu seseorang mempunyai sifat pelit atau kikir kepada orang lain.
Apakah balasan dari Allah SWT yang 10 kali lipat itu? Apakah berupa rezki yang jumlahnya 10 kali lipat dari harta yang kita sedekahkan? Wallahu alam, bisa begitu atau dalam bentuk yang lain, hanya Allah yang tahu. Balasan dari Allah SWT bisa berupa bantuan yang tidak terduga datangnya, bisa juga berupa dikabulkannya doa dan keinginan yang selama ini selalu dipinta. Ustad Yusuf Mansur menghadirkan kisah orang-orang yang mendapat anugerah tidak terduga karena kebiasaan bersedekah. Ada tukang bubur ayam keliling yang mendapat hadiah naik haji, ada wanita yang sudah “pertu” (perawan tua) mendapat jodoh, ada orang yang terlilit hutang yang ditolong orang lain sehingga hutangnya lunas, dan sebagainya. Ini membuktikan bahwa memang Allah SWT membalas pemberian ummat-Nya dengan balasan yang tidak pernah ia bayangkan.
Satu hal yang pasti, Allah SWT sangat menyayangi ummat-Nya. Bersedekah atau memberi dapat mengijabah doa dan memudahkan banyak urusan. Memberi itu memang menakjubkan, giving is amazing.

Penasaran Dengan Kekayaan Abdrurrahman bin Auf

By indra januar | Senin, 05 Maret 2012
Posted in

"Tahukah Anda bahwa Abdurrahman bin Auf adalah 1 dari 10 sahabat Rasulullah SAW yang dijamin masuk Surga adalah sahabat Nabi yang PALING KAYA RAYA ?"

Berapakah kekayaan Abdrurrahman bin Auf ?

Simak fakta berikut ini:

Kekayaan Umar bin Khattab ra
Mewariskan 70.000 properti (ladang pertanian) seharga @ 160juta (total Rp 11,2 Triliun)
Cash flow per bulan dari properti = 70.000 x 40 jt = 2,8 Triliun/ tahun atau 233 Miliar/bulan.
Simpanan = hutang dalam bentuk cash

Kekayaan Utsman bin ‘Affan ra
• Simpanan uang = 151 ribu dinar plus seribu dirham
• Mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar
• Beberapa sumur senilai 200 ribu dinar (Rp 240 M)

Kekayaan Zubair bin Awwam ra
• 50 ribu dinar
• 1000 ekor kuda perang
• 1000 orang budak

Kekayaan Amr bin Al-Ash ra
• 300 ribu dinar

Kekayaan Abdurrahman bin Auf ra Melebihi seluruh kekayaan sahabat !! Bahkan dalam satu kali duduk, pada masa Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf berinfaq sebesar 64 Milyar (40 ribu dinar)

Bukan hanya KAYA RAYA, Abdurrahman bin Auf juga termasuk 1 dari 10 shahabat Nabi Muhammad SAW yang diJAMIN Masuk Surga.