Hot News

Popular Posts

latest News

More Hot News

Fashion Trends Gossip

Wisata Hati Ust, Yusuf Mansur Prinsip Pengusaha Ke-5 (As-Shodiqin)

By indra januar | Minggu, 11 Maret 2012
Posted in

Sebelumnya kita baca dulu QS. Ali Imron : 14-17 yang berisi tentang 7 Prinsip Menjadi Pengusaha berikut ini,
14.  Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
15.  Katakanlah: “Inginkah Aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
16.  (yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami Telah beriman, Maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,”
17.  (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur[187].
[186]  yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.
[187]  Sahur: waktu sebelum fajar menyingsing mendekati subuh.
Setelah beberapa hari ketinggalan nggak menyaksikan pengajian wisata hatinya Yusuf Mansur, sekarang udah sangat ketinggalan. Pembahasannya sekarang udah nyampe prinsip jadi pengusaha yang ke-5, yaitu As-Shodiqin, be trusted people, menjadi orang yang bisa dipercaya. Dapat dipercaya ini sudah lebih dari sekedar modal. Ketika orang bilang, “Antum pake aja uang ini untuk usaha antum, nanti kalo udah dapat untung banyak, baru antum kembalikan ke ane”, ini sudah merupakan modal yang begitu besar. Namun, sifat dapat dipercaya ini tidak serta merta ada pada diri kita tanpa pembuktian sebelumnya. Butuh proses yang begitu panjang sampai terbukti bahwa kita layak untuk dipercaya orang lain.
Kalo kata pak Arqom, trainer dari Trustco yang begitu keren, kita bisa mengecek seberapa besar kepercayaan orang lain ke kita dengan mengirim SMS ke semua nomor yang ada di kontak HP kita yang isinya, “Akh/Ukh, ane lagi butuh duwit untuk modal usaha, antum bisa nggak minjemin ane sekian rupiah saja”. Tunggu beberapa saat, berapa orang yang dengan mantap membalas, “OK Akh/Ukh, berapa nomor rekening antum, biar ane transfer?”, atau “Kapan ane bisa nganter uangnya ke tempat antum?”. Berapa yang membalas, “Afwan akh/ukh, uang ane mau ane gunakan untuk urusan lain”. Dan berapa yang sama sekali nggak membalas. Ini mungkin survey kecil-kecilan untuk mengukur seberapa trusted kah kita.
Kita, manusia, diberi modal oleh Allah berupa panca indera yang sehat, tubuh yang bugar, dan segala macam kecukupan berupa nikmat yang tidak bisa dihitung, maka jangan kita buat pemilik modal kita marah karena kita tidak dapat dipercaya. Kita menggunakan modal yang diberikan Allah untuk bermaksiyat, melinggar syariat-Nya. Maka tidak heran kalo perlahan-lahan atau secara tiba-tiba Allah mencabut nikmat ini dari kita. Mata kita yang awalnya sehat, jernih ketika memandang, perlahan-lahan jadi rabun, minus, silinder atau plus. Telinga yang awalnya sangat jelas ketika mendengar suara, perlahan-lahan menjadi tersumbat. Jarang ada orang yang menyadari hal ini. Semoga kita menjadi orang yang selalu waspada akan peringatan-peringatan dari Allah dan tidak dilalaikan dengan urusan-urusan dunia.
Berbicara tentang modal, ustadz Yusuf Mansur bercerita bahwa pada tahun 2005 beliau didatangi seseorang. Orang ini bilang kalau dia adalah kakak tertua yang sudah membesarkan adik-adiknya sampai seluruh hartanya habis, tinggal 1 rumah saja yang dia tempati. Namun, yang terjadi adalah adik-adiknya mau mengambil rumah itu dan mengusir si orang ini. Nah, orang ini meminta Ustadz Yusuf Mansur untuk mendoakan agar nantinya ia bisa menang di pengadilan. Yang dilakukan Ustadz Yusuf Mansur adalah menyelidiki dulu akar permasalahannya, beliau melakukan olah TKP. Kalo memang rumah ini milik orang itu, pasti nggak akan kemana-mana, tapi kalo ada yang nggak beres di awalnya, rumah ini pasti akan hilang baik dia menang ataupun kalah di pengadilan.
Ustadz yusuf Mansur akhirnya menanyai bagaimana ceritanya kok bisa sampai begitu. Beliau tidak melihat dari urusan hukum, tetapi lebih menyoroti urusan ukhrowinya. Orang tersebut bercerita kalo sejak tahun 80 an dia memulai usahanya, setelah berjalan beberapa lama, dia akhirnya bisa membiayai adik-adiknya dan bisa membeli rumah. Namun rumah itu dibeli atas nama adiknya. Jadi adiknya memanfaatkan celah ini untuk mengambil rumah tersebut darinya. Ketika Ustadz Yusuf Mansur bertanya dari mana asal modal yang digunakan untuk usaha orang tersebut, seketika orang itu menangis. Usut punya usut, ternyata modalnya didapat dari dia menjual tanah ibunya tanpa seijin ibunya. Niatnya si bagus, ingin digunakan untuk usaha agar bisa membiayai adik-adiknya, namun yang jadi masalah adalah ibunya tidak ridho sampai ibunya itu meninggal.
Akhirnya, ustadz yusuf Mansur menyarankan lebih baik rumah itu diserahkan saja ke adiknya, karena memang itu bukan rumahnya dan segera ke makam ibunya untuk berdoa ke Allah agar ia diampuni karena telah menyakiti ibunya tersebut. Orang tersebut akhirnya menuruti apa yang disarankan oleh Ustadz Yusuf Mansur. Dia datang ke adiknya dan ikhlas menyerahkan rumah itu ke adiknya serta mengakui semuanya kalau itu rumah memang bukan haknya. Namun, diluar dugaan, adiknya malah bilang dia hanya ingin memberi pelajaran saja ke kakaknya atas perlakuannya yang telah menyakiti ibunya karena ketika masih kecil adiknya belum bisa melakukan apa-apa. Dan selanjutnya, rumah tersebut tidak jadi diambil oleh adiknya dan dikembalikan lagi ke kakaknya.
Dari cerita tersebut, dapat disimpulkan bahwa modal itu harus berasal dari sumber yang halal, jelas bersihnya, tidak boleh dari sumber yang haram. Agar usaha yang kita bangun tumbuh di atas pondasi yang halal, bukan pondasi yang haram.
Wallahu A’lam, semoga bermanfaat…
Pagi ini di wisata hati an-tv, ustadz yusuf Mansur menyampaikan tentang visi misi menjadi seorang pengusaha. Secara garis besar, visi misi menjadi pengusaha dibagi menjadi 2, yaitu Li I’laa-I kalimaatillah (meninggikan kalimah Allah di muka bumi) dan naafi’un linnaas (bermanfaat bagi manusia).
Namun, secara spesifik, visi misi menjadi pengusaha dibagi menjadi :
  1. Allah
  2. Rosulullah
  3. Keluarga (ayah, ibu, istri, anak, dll)
  4. Alam (manusia, lingkungan, kebersihan, dll)
Bagaimana kalo visi misinya adalah untuk memperoleh kekayaan atau memperoleh gaji gede? Apakah nggak boleh? Jawabannya adalah, kalau pengen kaya, tanpa jadi pengusaha pun bisa. Jadi pengusaha jangan hanya sekedar pengen kaya saja, tapi hendaknya karena visi-misi tadi (Allah, Rosul, Keluarga, alam). Proposal pengusaha inilah yang nantinya akan dilihat oleh Allah. Jika motivasinya karena Allah, Allah pasti akan menolongnya.
Menjadi pengusaha bisa jadi derajatnya lebih tinggi dibandingkan seorang ustadz jika dapat berdakwah dengan kapasitasnya sebagai pengusaha. Bayangkan jika ada seorang owner sebuah perusahaan memiliki visi misi untuk berdakwah menyeru karyawannya kepada Allah dengan kekuasaannya sehingga membuat peraturan didepan karyawannya, bahwa setiap karyawan diharuskan sholat dhuha dulu sebelum bekerja, jika tidak maka dihitung absen. Barang siapa tidak bersedia maka dipersilahkan untuk mengundurkan diri. Subhanallah… bahkan lebih banyak lagi contoh lain, seperti mengajak karyawan untuk segera break menjelang waktu sholat tiba, mengimami karyawannya untuk sholat jamaah, melarang karyawan untuk meeting ketika waktu sholat, menghimbau karyawan untuk tilawah, bersedekah, atau bahkan qiyamullail bersama.
Jika hal ini yang dilakukan, Allah pasti akan menolong usahanya karena orang ini selalu mengutamakan Allah atas yang lainnya.
Pagi ini selepas sholat subuh dan tilawah, aku sudah stand by di depan televisi bersama Rizki, temen satu kontrakanku. Ada acara yang aku tunggu-tunggu yang aku nggak ingin ketinggalan barang semenitpun, yaitu pengajiannya Bengkel Hati bersama Ustadz Yusuf Mansur tiap Senin-Jum’at jam 5 pagi di ANTV. Kemudian tak lama lagi Azizah nimbrung bersama kami. Aku sudah menyiapkan buku dan pulpen untuk mencatat materi dari ustadznya, lalu Rizki pun ikut-ikutan ngambil alat tulis. Soalnya yang namanya ilmu itu kalo nggak dicatat ya gampang sekali hilangnya.
Untuk pagi ini ustadznya menyampaikan materi tentang tawakkal. Kalo selama ini yang aku pahami tentang tawakkal ya ikhtiyar dulu baru kemudian tawakkal. Ternyata bukan seperti itu urutannya kalo menurut ustadznya. Kita tawakkal dulu dengan cara mengadu pada Allah, baru ikhtiyar.
Rumus tawakkal yang disampaikan Ustadz Yusuf Mansur adalah
  • Karena Allah
  • Kepada Allah, dan
  • Di jalan Allah
Ini sudah pasti, semuanya bermuara pada Allah. Sedangkan urutannya adalah
  1. Allah dulu
  2. Allah lagi
  3. Allah terus
Ustadz yusuf Mansur memberikan contoh yang sangat bagus sekali mengenai implementasi dari konsep “Allah dulu, Allah lagi, Allah terus” ini.
Gini ceritanya, ada seorang bapak, sebut saja Pak Ahmad. Beliau butuh biaya kuliah untuk anaknya. Di rumah beliau punya sepeda motor yang bisa dijual untuk memenuhi biaya kuliah tersebut. Kemuangkinan terjual 2,5 juta, namun Pak Ahmad ini butuhnya 4 juta. Ketika anaknya datang meminta uang ke Pak Ahmad, jika beliau orang biasa, beliau akan bilang “Iya nak, ada motor, nanti akan bapak jual untuk membiayai kuliahmu”.
Menurut kalian ada yang salah nggak dengan jawaban Pak Ahmad tadi? Aku pun berpikiran apanya yang salah ya dari jawaban tadi. Ternyata nggak gitu sodara-sodara, Pak Ahmad ini karena tau betul gimana tawakal menjawab “Ya nak, bapak tak konsultasi dulu ke Allah, karena kemungkinan bapak bisa menjual motor bapak”. Kemudian Pak Ahmad sholat dhuha lalu berangkat ikhtiyar untuk menjual motornya. Dari sini, pak ahmad tidak menggantungkan penolongnya kepada motor, tapi Allah lah yang didahulukan (Allah dulu).
Selanjutnya, setelah nyampe ke toko dimana motornya mau dijual, terjadi tawar menawar antara pak Ahmad dengan pembeli,
Pak ahmad : “ini saya mau jual motor, saya tawarkan 4 juta rupiah, bagaimana pak?”
Pambeli : “motor kayak gini 4 juta, 2 juta pak”
Pak ahmad : “waduh pak, jangan 2 juta, saya butuh 4 juta untuk biaya kuliah anak saya”
Pembeli : “ya udah, 2,5 juta, mau kagak?”
Pak ahmad : (kalo 2,5 juta, yang 1,5 juta laginya dari mana, tapi gak papa lah ada Allah) “hmmm, sebentar ya pak, saya tak ijin dulu ke Allah, boleh nggak 2,5 juta” (Allah lagi)
Pembeli : “ya udah sono, tanyain ke Allah, 2,5 juta boleh kagak”
Akhirnya Pak Ahmad mencari mushola, beliau wudhu dan sholat sunnah. Setelah itu beliau berdoa kepada Allah, mengadukan semua yang menjadi permasalahannya, meminta jawaban apakah beliau harus menjual motornya seharga 2,5 juta. Kalo memang Allah mengijinkan, sisanya yang 1,5 juta pasti akan Allah carikan jalan untuk memenuhinya.
Apakah tiba-tiba jawaban dari Allah langsung terdengar oleh Pak Ahmad? Tidak seperti itu, jawaban itu berupa isyarat, bisa jadi ketika nanti Pak Ahmad balik menemui pembeli, pembelinya sudah pergi, itu berarti Allah tidak mengijinkan, jika pembelinya tetap menunggu, berarti Allah mengijinkan. Atau mungkin ada isyarat-isyarat lain yang memperlancar atau menghambat proses jual belinya itu.
Setelah Pak Ahmad mantap dengan niatnya, yang ingin menjual dengan harga 2,5 juta. Beliau akhirnya keluar dari mushola untuk menemui pembeli itu tadi. Eh, tanpa disangka-sangka, apa yang terjadi? Motornya sudah tidak ada ditempat, raib entah ke mana. Wah, gimana ini, kira-kira kalo kita yang ada diposisi Pak Ahmad, apa yang akan kita lakukan? Hmmm,,, unpredictable… tapi Pak Ahmad mencoba untuk tegar, karena beliau sejak awal tidak menyandarkan hidupnya pada motornya itu, beliau masih punya Allah yang tidak akan pernah hilang. Akhirnya beliau yang masih punya wudhu, sholat lagi mengadu ke Allah atas apa yang menimpanya ini. Kali ini dijamin sholatnya lebih khusyu’ dari yang sebelumnya (hehe…).
Melihat ayahnya yang pulang ke rumah tanpa membawa motor, anaknya bertanya, “gimana pak, motornya sudah terjual?” pak ahmad hanya bisa memasrahkan semuanya pada Allah. Dan yakin nanti akan diganti oleh-Nya (Allah terus).
Yup, sambil denger cerita itu, terasa tertohok-tohok diriku. Selama ini, rasanya si sudah tawakkal gitu, tapi belum mengamalkan yang Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.
Semoga bermanfaat…Wallahu a’lam bisshowab
Kamis, 12 Januari 2012

Menjadi Kaya dengan Sedekah

By indra januar | Selasa, 06 Maret 2012
Posted in

Semua berawal dari perkataan teman tentang sedekah. Dia bercerita tentang Ustad Yusuf Mansur yang menganjurkan sedekah untuk mendapatkan tujuan kita. Dalam kondisinya, dia ingin segera menikahi tambatan hatinya namun kekurangan biaya. Ia pun mulai bersedekah berdasarkan jumlah nominal uang yang ia perlukan untuk membuat resepsi pernikahan nanti.
Karena penasaran dengan Ustad Yusuf Mansur yang telah membuat teman saya sangat terinspirasi itu, saya pun segera mencari informasi tentang Ustad Yusuf Mansur. Ternyata saya menemukan film ‘Kun FayaKuun‘ yang dibuat oleh Ustad Yusuf Mansur. Film ini bercerita tentang kehidupan seorang tukang kaca yang jauh dari mencukupi, namun tukang kaca itu tidak berputus asa dari rahmat Allah dan ia tetap bersedekah meskipun kekurangan.
Film ini sangat menginspirasi saya sehingga malam itu juga saya memutuskan besok pagi saya akan naik bis ke kantor agar bisa membeli banyak barang yang ditawarkan ke saya di dalam bis dengan maksud sedekah. Alhamdulillah, baru saja berniat seperti itu, besok paginya saya diajak meeting mendadak oleh seseorang dan dari pembicaraan kami telah lahir sebuah peluang yang nilainya ratusan kali lipat dari jumlah yang saya niatkan untuk sedekah. Subhanallah, baru niat saja sudah seperti itu! Saya pikir ini kebetulan, tapi waktu mendengarkan testimoni ibu ini di YouTube, saya yakin ini bukan sekedar kebetulan.
Saya semakin penasaran dan membeli buku dengan judul ‘The Miracle of Giving, Keajaiban Sedekah‘ yang ditulis oleh Ustad Yusuf Mansur sendiri. Di dalam buku itu, disebutkan dalam Al-Qur’an Surat 6:160, Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik. Bahkan di dalam Al-Qur’an Surat: 2: 261, Allah menjanjikan balasan sampai 700 x lipat.  Selama ini terus terang saya nggak menyadarinya. Insya Allah sedekah terus saya lakukan, tapi saya nggak pernah ‘menghitung’ dan mengharapkan apa yang akan saya dapatkan nanti dari Allah. Saya tidak menghubung-hubungkan rejeki yang saya terima dengan sedekah yang saya lakukan, padahal itu berkaitan erat!
Di dalam buku ini, Ustad Yusuf Mansur berkata, apa yang sudah kita ketahui ini akan menjadi ilmu buat kita. Sehingga jika kesusahan dalam hal finansial, nggak susah-susah minta tolong orang lain, tapi langsung minta tolong kepada Allah. Karena sadar dengan hal ini pun, saya jadi berusaha untuk sedekah dengan lebih baik dan terencana.
Beberapa tips menjadi kaya dari masukan Ustad Yusuf Mansur:
  1. Shalat Dhuha 4 rakaat (dilaksanakan dalam 2 rakaat – 2 rakaat) dapat membuka pintu rizqi
  2. Meminta pada Allah saat Shalat Tahajjud
  3. Memelihara dan memberi makan anak yatim
  4. Sedekah 10% dari penghasilan, karena 2,5% saja tidak cukup
  5. Sedekah 10% dari jumlah yang diinginkan. Dengan konsep ini, jika kita ingin membeli rumah seharga Rp 100 juta, maka kita harus bersedekah sekitar Rp 10 juta terlebih dahulu. Karena beginilah matematika sedekah menurut Ustad Yusuf Mansur 10 – 1 = 19
    Dalam matematika biasa memang 10 – 1 adalah 9. Namun karena Allah menjanjikan balasan 10x lipat, maka minimal kita akan mendapatkan 19. Jika perhitungan dilanjutkan maka akan seperti ini:
    10 – 2= 28
    10 – 3= 37
    10 – 4= 46
    10 – 5= 55
    10 – 6= 64
    10 – 7= 73
    10 – 8= 82
    10 – 9= 91
    10 – 10= 100
    Jadi sekarang agak ‘masuk akal’ kan jika ingin beli rumah Rp 100 juta maka harus bersedekah Rp 10 juta dulu :)
  6. Tambahan dari saya mungkin bisa dicoba. Saya selama ini bersedekah untuk sesuatu yang sifatnya dapat berlipat ganda. Misalnya, sedekah untuk pendidikan anak, sedekah untuk alat ibadah, dll, yang kemungkinan pahalanya dapat saya bawa hingga mati (karena terus mengalir).
Last but not least, kadang-kadang untuk bisa percaya, kita perlu membuktikan. Mungkin dari pengalaman sendiri sudah banyak, tapi karena nggak perhatian akhirnya kita lupa. Silahkan baca pengalaman-pengalaman orang lain yang bersedekah dan merasakan manfaatnya di situs Wisata Hati milik Ustad Yusuf Mansur. Selamat bersedekah!

Pagi ini gue praktekin ilmu sedekah-nya di bis, dengan membeli barang-barang yang tidak terlalu gue butuhkan plus menyantuni pengamen dan peminta-minta yang terlihat memang tidak capable menolong dirinya sendiri. Di sini gue ikhlas dan menghilangkan buruk sangka seperti, “Dapet berapa tu orang sehari, jangan-jangan lebih kaya dari gue!”.
Kalau dihitung berarti hari ini ‘invest’ Rp 50.000 di dalam bis. Kemudian pas sampai kantor, ngambil dokumen adek gue di lantai 1, ternyata masi disuruh bayar Rp 400.000-an lagi dan karena mereka nggak punya mesinnya gue disuruh ambil ATM dulu aja di depan. Meskipun bawaan gue banyak banget dari di bis sampe kantor gue coba tahan nggak ngedumel. Ternyata setelah gue ambil duit gue seperti nggak berkurang malah bertambah. Langsung deg-degan.
Sampai kantor langsung cek Klik BCA and ada transferan senilai 20x investasi gue tadi pagi dari arah yang tidak disangka-sangka. Jadi teman-teman, ilmu baru ini terbukti dan teruji, jangan ragu lagi!
Ps: Semua barang itu tidak akan menjadi mubazir, karena akan di-donate pada yang benar-benar membutuhkan
Pss: Semua yang disampaikan tidak untuk bermaksud Riya’a

Ustad Yusuf Mansur dan Matematika Sedekah

By indra januar |
Posted in

Ustad Yusuf Mansur dan Matematika Sedekah

yusuf-mansurPada bulan Ramadhan tahun ini, di layar TV hampir setiap hari muncul wajah ustad muda yang namanya sedang melejit. Dialah ustad Yusuf Mansur, ustad muda dari Betawi. Usianya memang masih sangat muda, setelah mencari data lewat Mbah Google saya baru tahu kalau dia lahir pada tanggal 19 Desember 1976, jadi usianya baru 33 pada tahun ini. Wajahnya yang baby face, bersih, dan terkesan imut-imut.
Setelah pamor Aa Gym redup, ada beberapa ustad muda yang tengah naik daun. Mereka diantaranya adalah Ustad Jefry, Ustad Arifin Ilham, dan Ustad Yusuf Mansur (Ustad = guru). Kalau ustad Jefry dikenal sebagai “ustad gaul” karena dia populer di kalangan anak-anak muda. Kalau Ustad Arifin Ilham populer dengan majelis dzikirnya yang menghadirkan ribuan ummat dengan dress code putih-putih. Oh ya, saya ada sedikit kritikan buat Arifin Ilham, menurut saya dzikir itu tidak perlu dilakukan secara massal dan terbuka seperti itu, apalagi disiarkan secara langsung oleh televisi yang menampilkan Ustad Arifin Ilham menangis tersedu-sedu diikuti oleh para jamaahnya. Kurang sreg gitu, menurut saya eksploitasi seperti itu dapat mengurangi kekhusukan dzikir sebagai ibadah personal antara makhluk dengan Khaliknya.
Namun terhadap ustad Yusuf Mansur saya memberi respon positif. Saya mengikuti ceramah, diskusi, maupun obrolan dari ustad ini di televisi. Kata-katanya sederhana namun bernas dan mengena di hati. Ustad Yusuf Mansur mengusung tema “shadaqoh” atau sedekah dalam setiap dakwahnya. Dia mengajak ummat Islam untuk rajin bersedekah. Sebagian besar ummat Islam memahami sedekah adalah sebuah pemberian secara ikhlas untuk membantu orang dhuafa, misalnya memberi sedekah kepada pengemis, anak yatim, orang miskin, dan kaum papa lainnya. Setelah memberi sedekah umumnya kita melupakan pemberian tadi dan menganggap sedekah sebagai hal yang biasa saja.
Tapi, di “tangan” ustad Yusuf Mansur, makna sedekah (giving) lebih dari sekedar memberi. Dia menulis di dalam bukunya, The Power of Giving, tentang manfaat bersedekah. Sedekah tidak hanya untuk mensucikan harta, tetapi juga dapat menghapus dosa, memperoleh ampunan Allah, mendapatkan ridha dan kasih sayang dari Allah, memperoleh bantuan dari Allah, dan memakbulkan doa-doa. Dia menjelaskan konsep yang bernama “matematika sedekah”. Konsep matematika sedekah tidak sama dengan matematika yang kita kenal. Dasarnya ada pada Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 160 dimana Allah menjanjikan balasan 10 kali lipat bagi mereka yang mau berbuat baik (bersedekah adalah salah satu perbuatan baik):
Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). QS. Al-An’am (6) : 160
Begini konsep matematika sedekah itu (dikutip dari sini):
Menurut pelajaran matematika yang kita kenal di sekolah dasar,
10 – 1 = 9,
tetapi, di dalam matematika sedekah,
10 – 1 = 19,
sebab setiap kali kita bersedekah dengan memberikan satu unit rizki (harta) kita, Allah akan menggantinya (membalasanya) 10 kali lipat.
Jika matematika sedekah itu dilanjutkan, maka kita memperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:
10 – 2 = 28
10 – 3 = 37
10 – 4 = 46
10 – 5 = 55
10 – 6 = 64
10 – 7 = 73
10 – 8 = 82
10 – 9 = 91
10 – 10 = 100
Jadi, setelah 10 unit harta kita habis disedekahkan, maka kita memperoleh balasan dari Allah SWT 10 kali lipat dari semula, yaitu 100 unit. Matematika sedekah ini juga menjelaskan bahwa seseorang tidak akan jatuh miskin karena sering bersedekah, sebaliknya rizkinya makin bertambah. Subhanallah. Karena itu tidaklah perlu seseorang mempunyai sifat pelit atau kikir kepada orang lain.
Apakah balasan dari Allah SWT yang 10 kali lipat itu? Apakah berupa rezki yang jumlahnya 10 kali lipat dari harta yang kita sedekahkan? Wallahu alam, bisa begitu atau dalam bentuk yang lain, hanya Allah yang tahu. Balasan dari Allah SWT bisa berupa bantuan yang tidak terduga datangnya, bisa juga berupa dikabulkannya doa dan keinginan yang selama ini selalu dipinta. Ustad Yusuf Mansur menghadirkan kisah orang-orang yang mendapat anugerah tidak terduga karena kebiasaan bersedekah. Ada tukang bubur ayam keliling yang mendapat hadiah naik haji, ada wanita yang sudah “pertu” (perawan tua) mendapat jodoh, ada orang yang terlilit hutang yang ditolong orang lain sehingga hutangnya lunas, dan sebagainya. Ini membuktikan bahwa memang Allah SWT membalas pemberian ummat-Nya dengan balasan yang tidak pernah ia bayangkan.
Satu hal yang pasti, Allah SWT sangat menyayangi ummat-Nya. Bersedekah atau memberi dapat mengijabah doa dan memudahkan banyak urusan. Memberi itu memang menakjubkan, giving is amazing.

Penasaran Dengan Kekayaan Abdrurrahman bin Auf

By indra januar | Senin, 05 Maret 2012
Posted in

"Tahukah Anda bahwa Abdurrahman bin Auf adalah 1 dari 10 sahabat Rasulullah SAW yang dijamin masuk Surga adalah sahabat Nabi yang PALING KAYA RAYA ?"

Berapakah kekayaan Abdrurrahman bin Auf ?

Simak fakta berikut ini:

Kekayaan Umar bin Khattab ra
Mewariskan 70.000 properti (ladang pertanian) seharga @ 160juta (total Rp 11,2 Triliun)
Cash flow per bulan dari properti = 70.000 x 40 jt = 2,8 Triliun/ tahun atau 233 Miliar/bulan.
Simpanan = hutang dalam bentuk cash

Kekayaan Utsman bin ‘Affan ra
• Simpanan uang = 151 ribu dinar plus seribu dirham
• Mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar
• Beberapa sumur senilai 200 ribu dinar (Rp 240 M)

Kekayaan Zubair bin Awwam ra
• 50 ribu dinar
• 1000 ekor kuda perang
• 1000 orang budak

Kekayaan Amr bin Al-Ash ra
• 300 ribu dinar

Kekayaan Abdurrahman bin Auf ra Melebihi seluruh kekayaan sahabat !! Bahkan dalam satu kali duduk, pada masa Rasulullah SAW, Abdurrahman bin Auf berinfaq sebesar 64 Milyar (40 ribu dinar)

Bukan hanya KAYA RAYA, Abdurrahman bin Auf juga termasuk 1 dari 10 shahabat Nabi Muhammad SAW yang diJAMIN Masuk Surga.

Mengapa Rasulullah SAW melarang minum sambil berdiri

By indra januar |
Posted in

Di Tulis Oleh:

Ahmad Dafis

Mengapa Rasulullah SAW melarang minum sambil berdiri ? Ternyata secara medis dalam tubuh manusia terdapat penyaring Sfringer. Saringan tersebut dapat terbuka ketika kita duduk, dan tertutup ketika kita berdiri. Air yg kita minum belum 100% steril utkdiolah oleh tubuh. Bila kita minum sambil berdiri, maka air tdk tersaring oleh sfringer karena tertutup.Air yg tdk tersaring oleh sfringer langsung masuk kekantung kemih, dpt menyebabkan penyakit kristal ginjal. Subahanallah, tiap perintah dan larangan Rasul pasti bermanfaat bagi umatnya??

Terapi air putih : 1) minum 2 gelas stlh bangun tidur, dpt membersihkan organ2 internal, 2) minum segelas air, 30 menit sblm makan dpt membantu fungsi slruh pncernaan + ginjal, 3) minum segelas air sbelum mandi dpt menurunkan teknan darah, 4) minum segelas air sblm tidur dpt mencegah stroke+serangan jantung. (Selamat mencoba agar mendapat kesehatan kita)

10 Jawaban Mengatasi Bisikan Iblis

By indra januar |
Posted in

10 Jawaban Mengatasi Bisikan Iblis

Ada sepuluh cara setidaknya, agar kita bisa menjawab godaan setan yang selalu ingin menjerumuskan kita ke jurang neraka. Cara praktis mengusir iblis dan bala tentaranya itu tertuang nasihat seorang ulama dalam dialog antara manusia dan iblis:
1. Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Anakmu mati," katakan
kepadanya : Sesungguhnya mahluk hidup diciptakan untuk mati, dan penggalan mdariku (putraku) akan masuk surga. Dan hal itu membuatku bahagia".
2. Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Hartamu musnah," katakan kepadanya : "Segala puji bagi Allah Zat Yang Maha Memberi dan Mengambil, dan menggugurkan atasku kewajiban zakat."
3. Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Orang-orang menzalimimu sedangkan kamu tidak menzalimi seorangpun." maka katakan kepadanya : "Siksaan akan menimpa orang-orang yang berbuat zalim dan tidak menimpa orang-orang yang berbuat kebajikan (Mukhsinin)".
4. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Betapa banyak kebaikanmu," dengan tujuan menjerumuskan untuk bangga diri(Ujub). Maka katakan kepadanya: "Kejelekan-kejelekanku jauh lebih banyak dari pada kebaikanku".
5. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata:"Alangkah banyaknya
shalatmu". Maka katakan : "Kelalaianku lebih banyak dibanding shalatku".
6. Dan jika ia datang dan berkata: "Betapa banyak kamu bersedekah kepada orang-orang". Maka katakan kepadanya: "Apa yang saya terima dari Allah jauh lebih banyak dari yang saya sedekahkan".
7. Dan jika ia berkata kepadamu : "Betapa banyak orang yang
menzalimimu". Maka katakan kepadanya : "Orang-orang yang kuzalimi lebih banyak".
8. Dan jika ia berkata kepadamu : "Betapa banyak amalmu". Maka katakan kepadanya: "Betapa seringnya aku bermaksiat".
9. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Minumlah minuman-minuman keras!". Maka katakan : "Saya tidak akan mengerjakan maksiat".
10. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Mengapa kamu tidak mencintai dunia?". Maka katakan : "Aku tidak mencintainya dan telah banyak orang lain yang tertipu olehnya".

Tuan Guru Haji (TGH) Hasanain Djuaini patut di contoh

By indra januar |
Posted in

Tuan Guru Haji (TGH) Hasanain Djuaini PDF Print E-mail
Thursday, 25 March 2010 04:05
Nama : Tuan Guru Haji (TGH) Hasanain Djuaini
Tempat, Tgl Lahir : Lombok Barat, 17 Agustus 1964.
Alamat : Jl. Hamzah Wadi No. 5 Desa Mekar Indah Lembuak, Narmada, Lombok Barat, NTB.
Phone : 0818541531

“Apa kalian mau tetap selamanya miskin?”.
Kalimat menohok ini bukan keluar dari mulut seorang aktivis LSM, justru meledak dari kegelisahan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Haramain Putri Narmada di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tuan Guru Haji Hasanain Juaini. Meskipun sehari-hari bergulat dengan dunia kitab kuning, pandangan dan aksi sosial kyai muda ini melampaui kelajiman dunia kyai. Ia sangat resah dengan kondisi masyarakat NTB yang terperosok ke dalam lembah buta huruf, angka putus sekolah yang menjulang tinggi, serta tingkat partisipasi perempuan yang sangat rendah.
Bagi Ketua Forum Kerukunan Antar Umat Beragama NTB ini , pembumian gagasan masyarakat madani harus diwujudkan melalui karya nyata yang terpadu. Ia mengintegrasikan dunia pendidikan, konservasi lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan mediasi konflik. Inilah yang kemudian disebut masyarakat Kab. Lombok Barat sebagai pendekatan Integrated Conservation.
Kini gerakan ini telah berbuah, perbukitan madani yang tandus-gersang seluas 30 hektar telah disulap menjadi lembah hijau. Di mata kalangan LSM, seperti Dian pegiat LSM Santai, sosok Hasanain merupakan sedikit tokoh agama yang mampu memprovokasi aktivis-aktivis LSM lokal untuk memperjuangkan demokrasi, pendidikan, termasuk pendidikan alternatif bagi kaum perempuan. Menurut Ahmad Fauzi, Ketua Pimpinan Muhammadiyah Daerah Kab. Lombok Barat, pesan-pesan ceramah keagamaan Hasanain selalu menonjolkan permasalahan konservasi lingkungan dan peningkatan ekonomi masyarakat. Hal senada juga dikemukakan Rahman, Kepala Desa Sedau, Narmada, Lombok Barat. Apa yang sedang dikerjakan Husaini telah “menyadarkan” pemerintah NTB akan peran penting penghijauan lingkungan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan pendidikan seperti diakui Yusron, staf BAPPEDA Prov. NTB.
Bagi Ketua Forum Kerukunan Antar Umat Beragama NTB ini , pembumian gagasan masyarakat madani harus diwujudkan melalui karya nyata yang terpadu. Ia mengintegrasikan dunia pendidikan, konservasi lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan mediasi konflik. Inilah yang kemudian disebut masyarakat Kab. Lombok Barat sebagai pendekatan Integrated Conservation.

Kini gerakan ini telah berbuah, perbukitan madani yang tandus-gersang seluas 30 hektar telah disulap menjadi lembah hijau. Di mata kalangan LSM, seperti Dian pegiat LSM Santai, sosok Hasanain merupakan sedikit tokoh agama yang mampu memprovokasi aktivis-aktivis LSM lokal untuk memperjuangkan demokrasi, pendidikan, termasuk pendidikan alternatif bagi kaum perempuan. Menurut Ahmad Fauzi, Ketua Pimpinan Muhammadiyah Daerah Kab. Lombok Barat, pesan-pesan ceramah keagamaan Hasanain selalu menonjolkan permasalahan konservasi lingkungan dan peningkatan ekonomi masyarakat. Hal senada juga dikemukakan Rahman, Kepala Desa Sedau, Narmada, Lombok Barat. Apa yang sedang dikerjakan Husaini telah “menyadarkan” pemerintah NTB akan peran penting penghijauan lingkungan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan pendidikan seperti diakui Yusron, staf BAPPEDA Prov. NTB
 

Cerita Pagi Hari..

By indra januar |
Posted in

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,
.
Sahabat Rumah Baca Al-Rasyid yang insya Allah dirahmati oleh Allah SWT, pencerahan  pagi hari yang cerah ini adalah sebuah nasihat sederhana agar kita ”jangan merasa diri paling shaleh”  yang semoga bermanfaat.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya :
”. . . . . . .Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. . . . . . . ”(QS, al-Hujurat 49: 13)
Ada kisah dua orang laki-laki bersaudara. Mereka sudah yatim piatu sejak remaja. Keduanya bekerja pada sebuah pabrik kecap.
Mereka hidup rukun, dan sama-sama tekun belajar agama. Mereka berusaha mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.
Untuk datang ke tempat pengajian, mereka acap kali harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah Sang ustadz  yang jaraknya sekitar 10 km dari rumah peninggalan orangtua mereka.
Suatu ketika sang kakak berdo’a memohon rejeki untuk membeli sebuah mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya, bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, jabatannya naik, dia menjadi kepercayaan sang direktur. Dan tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki. Dia mendapatkan bonus karena omzet perusahaannya naik.
Lalu sang kakak berdo’a memohon seorang istri yang sempurna, Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik akhlaknya.
Kemudian berturut-turut sang kakak berdo’a memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Dengan itikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan Allah selalu mengabulkan semua do’anya itu.
Sementara itu, sang Adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang dulu dia tempati bersama dengan Kakaknya. Namun karena kakaknya sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, maka sang adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji ke rumah ustdaz mereka.
Suatu saat sang Kakak merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup adiknya. Dia dia teringat bahwa adiknya selalu membaca selembar kertas saat dia berdo’a, menandakan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdo’a.
Lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya supaya selalu berdo’a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, ” Dik, sesungguh ketidak mampuan kita menghapal quran, hadits dan bacaan doa. bisa jadi karena hati kita kurang bersih.. “
Sang adik mengangguk, hatinya terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas nasihat itu.
Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena sampai meninggalnya adiknya itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do’anya yang tak pernah terkabulkan.
Sang kakak membereskan rumah peninggalan orang tuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh adiknya yang berisi tulisan do’a, diantaranya Al-fatehah, Shalawat, do’a untuk guru mereka, do’a selamat dan ada kalimah di akhir do’anya:
“Ya, Allah. tiada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Mu,
Ampunilah aku dan kakak ku, kabulkanlah segala do’a kakak ku,
Jadikan Kakakku selalu dalam lindungan dan cinta-Mu,
Bersihkanlah hati ku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku
di dunia dan akhirat.”

Sang kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya. Dia telah salah menilai adiknya. Tak dinyana ternyata adiknya tak pernah sekalipun berdo’a untuk memenuhi nafsu duniawinya.
Kekayaan, kemiskinan, kebaikan, keburukan dan setiap musibah yang menimpa manusia merupakan ujian dari Allah swt. yang diberikan kepada hambanya. Itu bukan ukuran kemuliaan atau kehinaan seseorang. Janganlah bangga karena kekayaan dan janganlah putus asa karena kemiskinan.

Maha suci Allah dengan segala Firman-NYA.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,

Di manakah Tujuh Langit Itu?

By indra januar |
Posted in

Prof. T. Djamaluddin
(Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, LAPAN, Anggota Tim Tafsir Kauni Kementerian Agama-LIPI).
________________________________________
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad SAW) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Isra’ : 1).
Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (Q.S. An-Najm:13-18).
Ayat-ayat itu mengisahkan tentang peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Mi’raj adalah perjalanan dari masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha. Sidratul muntaha secara harfiah berarti ‘tumbuhan sidrah yang tak terlampaui’, suatu perlambang batas yang tak ada manusia atau makhluk lainnya bisa mengetahui lebih jauh lagi. Hanya Allah yang tahu hal-hal yang lebih jauh dari batas itu. Sedikit sekali penjelasan dalam Al-Qur’an dan hadits yang menerangkan apa, di mana, dan bagaimana sidratul muntaha itu.
Di dalam kisah yang agak lebih rinci di dalam hadits disebutkan bahwa Sidratul Muntaha dilihat oleh Nabi setelah mencapai langit ke tujuh. Dari kisah itu orang mungkin bertanya- tanya di manakah langit ke tujuh itu. Mungkin sekali ada yang mengira langit di atas itu berlapis-lapis sapai tujuh dan Sidratul Muntaha ada di lapisan teratas. Benarkah itu? Tulisan ini mencoba membahasnya berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini.
Sekilas Kisah Isra’ Mi’raj
Di dalam beberapa hadits sahih disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan isra’ dan mi’raj dengan menggunakan “buraq”. Di dalam hadits hanya disebutkan bahwa buraq adalah ‘binatang’ berwarna putih yang langkahnya sejauh pandangan mata. Ini menunjukkan bahwa “kendaraan” yang membawa Nabi SAW dan Malaikat Jibril mempunyai kecepatan tinggi.
Apakah buraq sesungguhnya? Tidak ada penjelasan yang lebih rinci. Cerita israiliyat yang menyatakan bahwa buraq itu seperti kuda bersayap berwajah wanita sama sekali tidak ada dasarnya. Sayangnya, gambaran ini sampai sekarang masih diikuti oleh sebagian masyarakat, teruatam di desa-desa.
Dengan buraq itu Nabi melakukan isra’ dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina. Setelah melakukan salat dua rakaat dan meminum susu yang ditawarkan Malaikat Jibril Nabi melanjutkan perjalanan mi’raj ke Sidratul Muntaha.
Nabi SAW dalam perjalanan mi’raj mula-mula memasuki langit dunia. Di sana dijumpainya Nabi Adam yang dikanannya berjejer para ruh ahli surga dan di kirinya para ruh ahli neraka. Perjalanan diteruskan ke langit ke dua sampai ke tujuh. Di langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya. Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf. Nabi Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi SAW bertemu dengan Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke enam, dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke tujuh dilihatnya baitul Ma’mur, tempat 70.000 malaikat salat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi.
Perjalanan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Dari Sidratul Muntaha didengarnya kalam-kalam (‘pena’). Dari sidratul muntaha dilihatnya pula empat sungai, dua sungai non-fisik (bathin) di surga, dua sungai fisik (dhahir) di dunia: sungai Efrat di Iraq dan sungai Nil di Mesir.
Jibril juga mengajak Nabi melihat surga yang indah. Inilah yang dijelaskan pula dalam Al-Qur’an surat An-Najm. Di Sidratul Muntaha itu pula Nabi melihat wujud Jibril yang sebenarnya. Puncak dari perjalanan itu adalah diterimanya perintah salat wajib.
Mulanya diwajibkan salat lima puluh kali sehari-semalam. Atas saran Nabi Musa, Nabi SAW meminta keringan dan diberinya pengurangan sepuluh-sepuluh setiap meminta. Akhirnya diwajibkan lima kali sehari semalam. Nabi enggan meminta keringanan lagi, “Saya telah meminta keringan kepada Tuhanku, kini saya rela dan menyerah.” Maka Allah berfirman, “Itulah fardlu-Ku dan Aku telah meringankannya
atas hamba-Ku.”
Di manakah Tujuh Langit
Konsep tujuh lapis langit sering disalahartikan. Tidak jarang orang membayangkan langit berlapis-lapis dan berjumlah tujuh. Kisah isra’ mi’raj dan sebutan “sab’ah samawat” (tujuh langit) di dalam Al-Qur’an sering dijadikan alasan untuk mendukung pendapat adanya tujuh lapis langit itu.
Ada tiga hal yang perlu dikaji dalam masalah ini. Dari segi sejarah, segi makna “tujuh langit”, dan hakikat langit dalam kisah Isra’ mi’raj.
Sejarah Tujuh Langit

Dari segi sejarah, orang-orang dahulu –jauh sebelum Al- Qur’an diturunkan– memang berpendapat adanya tujuh lapis langit. Ini berkaitan dengan pengetahuan mereka bahwa ada tujuh benda langit utama yang jaraknya berbeda-beda. Kesimpulan ini berdasarkan pengamatan mereka atas gerakan benda-benda langit. Benda-benda langit yang lebih cepat geraknya di langit dianggap lebih dekat jaraknya. Lalu ada gambaran seolah-olah benda-benda langit itu berada pada lapisan langit yang berbeda-beda.
Di langit pertama ada bulan, benda langit yang bergerak tercepat sehingga disimpulkan sebagai yang paling dekat. Langit ke dua ditempati Merkurius (bintang Utarid). Venus (bintang kejora) berada di langit ke tiga. Sedangkan matahari ada di langit ke empat. Di langit ke lima ada Mars (bintang Marikh). Di langit ke enam ada Jupiter (bintang Musytari). Langit ke tujuh ditempati Saturnus (bintang Siarah/Zuhal). Itu keyakinan lama yang menganggap bumi sebagai pusat alam semesta.
Orang-orang dahulu juga percaya bahwa ke tujuh benda-benda langit itu mempengaruhi kehidupan di bumi. Pengaruhnya bergantian dari jam ke jam dengan urutan mulai dari yang terjauh, Saturnus, sampai yang terdekat, bulan. Karena itu hari pertama itu disebut Saturday (hari Saturnus) dalam bahasa Inggris atau Doyoubi (hari Saturnus/Dosei) dalam bahasa Jepang. Dalam bahasa Indonesia Saturday adalah Sabtu. Ternyata, kalau kita menghitung hari mundur sampai tahun 1 Masehi, tanggal 1 Januari tahun 1 memang jatuh pada hari Sabtu.
Hari-hari yang lain dipengaruhi oleh benda-benda langit yang lain. Secara berurutan hari-hari itu menjadi Hari Matahari (Sunday, Ahad), Hari Bulan (Monday, Senin), Hari Mars (Selasa), Hari Merkurius (Rabu), Hari Jupiter (Kamis), dan Hari Venus (Jum’at). Itulah asal mula satu pekan menjadi tujuh hari.
Jumlah tujuh hari itu diambil juga oleh orang-orang Arab. Dalam bahasa Arab nama-nama hari disebut berdasarkan urutan: satu, dua, tiga, …, sampai tujuh, yakni ahad, itsnaan, tsalatsah, arba’ah, khamsah, sittah, dan sab’ah. Bahasa Indonesia mengikuti penamaan Arab ini sehingga menjadi Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, dan Sabtu. Hari ke enam disebut secara khusus, Jum’at, karena itulah penamaan yang diberikan Allah di dalam Al-Qur’an yang menunjukkan adanya kewajiban salat Jum’at berjamaah.
Penamaan Minggu berasal dari bahasa Portugis Dominggo yang berarti hari Tuhan. Ini berdasarkan
kepercayaan Kristen bahwa pada hari itu Yesus bangkit. Tetapi orang Islam tidak mempercayai hal itu, karenanya lebih menyukai pemakaian “Ahad” daripada “Minggu”.
Makna Tujuh Langit

Langit (samaa’ atau samawat) di dalam Al-Qur’an berarti segala yang ada di atas kita, yang berarti pula angkasa luar, yang berisi galaksi, bintang, planet, batuan, debu dan gas yang bertebaran. Dan lapisan-lapisan yang melukiskan tempat kedudukan benda-benda langit sama sekali tidak ada. Sedangkan warna biru bukanlah warna langit sesungguhnya. Warna biru dihasilkan dari hamburan cahaya biru dari matahari oleh atmosfer bumi.
Di dalam Al-Qur’an ungkapan ‘tujuh’ atau ‘tujuh puluh’ sering mengacu pada jumlah yang tak terhitung. Misalnya, di dalam Q.S. Al-Baqarah:261 Allah menjanjikan:
Siapa yang menafkahkan hartanya di jalan Allah ibarat menanam sebiji benih yang menumbuhkan TUJUH tangkai yang masing-masingnya berbuah seratus butir. Allah MELIPATGANDAKAN pahala orang-orang yang dikehendakinya….
Juga di dalam Q.S. Luqman:27:
Jika seandainya semua pohon di bumi dijadikan sebagai pena dan lautan menjadi tintanya dan ditambahkan TUJUH lautan lagi, maka tak akan habis Kalimat Allah….
Jadi ‘tujuh langit’ semestinya difahami pula sebagai tatanan benda-benda langit yang tak terhitung banyaknya, bukan sebagai lapisan-lapisan langit.
Tujuh langit pada Mi’raj
Kisah Isra’ Mi’raj sejak lama telah minimbulkan perdebatan soal tanggal pastinya dan apakah Nabi melakukannya dengan jasad dan ruhnya atau ruhnya saja. Demikian juga dengan hakikat langit. Muhammad Al Banna dari Mesir menyatakan bahwa beberapa ahli tafsir berpendapat Sidratul Muntaha itu adalah Bintang Syi’ra. Tetapi sebagian lainnya, seperti Muhammad Rasyid Ridha dari Mesir, berpendapat bahwa tujuh langit dalam kisah isra’ mi’raj adalah langit ghaib.
Dalam kisah mi’raj itu peristiwa lahiriyah bercampur dengan peristiwa ghaib. Misalnya pertemuan dengan ruh para Nabi, melihat dua sungai di surga dan dua sungai di bumi, serta melihat Baitur Makmur, tempat ibadah para malaikat. Jadi, nampaknya pengertian langit dalam kisah mi’raj itu memang bukan langit lahiriyah yang berisi bintang-bintang, tetapi langit ghaib.
T.Djamaluddin
________________________________________
Bârakallâhu lî wa lakum, Matur syukran n Terima kasih.
Semoga Bermanfaat ya

Hak-Hak Muslim

By indra januar |
Posted in

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,
Sahabat Rumah Baca Al-Rasyid yang insya Allah dirahmati oleh Allah SWT, pencerahan  pagi hari yang mulia ini adalah lanjutan (terakhir), semoga bermanfaat.
.
Sejalan dengan Hak-Hak Muslim atas Muslim bisa kita ambil dari Abu Hurairah yang berkata: Telah bersabda Rasulullah saw, yang artinya : ”Hak muslim atas muslim ada enam :
* Apabila kamu bertemu dengannya, hendaklah engkau memberi salam kepadanya;
* Apabila ia mengundangmu, hendaklah engkau memperkanankannya;
* Apabila ia minta Nasihat, hendaklah engkau menasihatinya;
* Apabila ia bersin lalu membaca Alhamdulillah, hendaklah engkau mendo’akan dia;
* Apabila is sakit, hendaklah engkau menjenguk dia, dan;
* Apabila ia mati, hendaklah engkau ikuti/antarkan (jenazahnya ke Kuburan)”

(HR. al-Bukhari dan Muslim).

Lanjutan . . . .(akhir) bukan yang terakhir, insya Allah:
Kelima : Apabila ia mati, hendaklah engkau ikuti/antarkan (jenazahnya ke Kuburan)”
Mengantarkan jenazah ke kuburan termasuk perbuatan mulia, sebagaimana diceritakan oleh sahabat Barrabin ‘Azib, :
“Rasulullah saw memerintahkan kepada kami untuk mengantarkan jenazah, menengok orang sakit, mendo’akan yang bersin, memenuhi undangan, dan menolong yang dizhalim,”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengantarkan jenazah :

(1) Menshalatkan jenazahnya terlebih dahulu. Sahabat Zaid bin Tsabit berkata, :
”Apabila engkau menshalatkan (jenazah) berarti engkau telah melaksanakan kewajibanmu”.

(2) Berjalan di depan jenazah. Dalam sebuah hadits diterangkan,
“Dari Ibnu Umar r.a. sesungguhnya dia pernah melihat Nabi saw, Abu bakar dan Umar berjalan di depan jenazah”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasai, Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Diriwayatkan pula :
”Dari Mughirah, bahwasanya Nabi saw bersabda : “(Tertibnya mengantar jenazah itu ialah) yang berkendaraan di belakang jenazah, yang berjalan di depan jenazah, tidak jauh dari jenazah, sebelah kanan atau sebelah kirinya”. (HR. Ibnu Majah, Abu Dawud, Nasai dan Hakim).

(3). Mengantarkan sampai kuburan, kemudian menunggu hingga selesai dikubur, berdasarkan riwayat berikut ini,  :
“Barangsiapa yang ikut mengantarkan jenazah seorang muslim karena iman dan karena hendak mencari ganjaran, dan ia besertanya hingga dishalatkan dan selesai dikubur, maka sesungguhnya ia kembali dengan (membawa ganjaran) dua qirath, sedang setiap qirath seperti gunung Uhud”. (HR. Bukhari, dari Abu Hurairah).
“Barangsiapa hadir pada suatu janazah sampai ia menshalatkannya, maka baginya ganjaran satu qirath. Dan barangsiapa menghadirinya sampai dikuburkan, maka baginya ganjaran dua qirath. Ditanyakan (kepadanya) : “Apakah dua qirath itu?” Sabdanya : “Seperti dua gunung yang besar”. (Muttafaq ‘alaih). Dan dalam riwayat Muslim : “Hingga jenazah itu diletakkan di liang lahad”.

(4) Setelah selesai dikubur, sebelum neinggalkannya, hendaknya semua pengantar berdiri sekitar kuburan itu untuk mendo’akannya agar orang yang baru dikubur itu diberi keteguhan dan ketegaran dalam menghadapi pertanyaan dan mendo’akan agar diampuni dosa-dosanya. Rasulullah saw. apabila selesai menguburkan jenazah, beliau berdiri seraya bersabda, yang artinya :
“Kata Ustman bin Affan : Adalah Nabi saw. apabila telah selesai dari mengubur mayit, beliau berhenti sejenak, lalu beliau bersabda, “Mohonkanlah ampunan untuk saudaramu dan mintalah untuknya keteguhan, karena sekarang ini dia sedang ditanya.” (HR. Abu Dawud, al-Hakim dan al-Baihaqi).
Setelah selesai, pulanglah, tidak ada acara dan upacara apapun setelah itu.

(5) Jauhkanlah keributan dan kegaduhan ketika mengantarkan jenazah ke kuburan. Meskipun kegaduhan itu dengan dzikir (umumnya ucapan La ilaha illallah), atau membaca al-Qur’an, do’a dan sebagainya. Semua itu termasuk perbuatan bid’ah. Rasulullah saw. bersabda, yang artinya :
“Kata Zaid bin Arqam, Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah swt menyenagi diam dalam tiga hal : ketika membaca Al Qur’an, ketika perang, dan ketika mengantarkan jenazah”. (HR. Thabrani).
Dalam keterangan lain dinyatakan,
“Dari Ibnu Umar, ia berkata : “Rasulullah saw telah melarang mengantarkan jenazah diserta dengan suara gaduh/keras”. (HR. Ibnu Majah).

Hadits ini menurut Ibnu Ma’in adalah dha’if. Kata Ya’qub bin Shafyan dan Al Bazzar, hadits itu tidak apa-apa, boleh dipakai. Dan hadits ini sejalan dengan hadits lain yang lebih kuat yang melarang bersuara keras saat mengantarkan jenazah walaupun berupa dzikir. Sahabat Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi saw pernah bersabda, yang artinya :
“Tidak boleh mengantar jenazah dengan suara ribut, juga tidak boleh mengantar jenazah dengan membawa api (semisal bakar kemenyan, dll)”. (HR. Abu Dawud).

(6) Tidak boleh mengiringi jenazah dengan menyalakan api. Imam al-baihaqi meriwayatkan bahwa Aisyah, Ubadah bin Shamit, Abu Hurairah, Abu Sa’ad, dan Asma binti Abu Bakar mereka berwasiat agar jangan mengiringi jenazah mereka dengan api jika mereka meninggal dunia. Kecuali jika penguburan dilakukan di malam hari yang sulit apabila tidak menyalakan api penerangan. Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw. masuk ke kuburan pada suatu malam kemudian diberikan obor kepadanya.
Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw. bersabda, “Tidak boleh mengantar jenazah dengan suara ribut, dan jangan pula mengantar jenazah dengan membawa api (obor atau kemenyan yang dibakar.”
Kata Abu Burdah, “Ketika Abu Musa akan meninggal dunia, ia berpesan, bila akan diantarkan ke kuburan jangan sekali-kali diserta dengan bakar kemenyan. Orang bertanya, apakah kamu mendengar hal itu dari Nabi saw.? Ia menjawab : Betul! Saya pernah mendengar daripadanya.” (HR. at-Tirmidizi).

(7) Perempuan tidak perlu mengantar jenazah ke kuburan, berdasarkan hadits berikut ini,
“Dari Umu ‘Athiyah, katanya : “Kami (perempuan) dilarang mengantarkan jenazah, tetapi (beliau) tidak memberatkannya”. (HR. Bukhari dan Abu Dawud).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penguburan jenazah :
(1) Menyegerakan ke kuburan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Bersegeralah mengantarkan jenazah  ke kuburan. Maka jika jenazah itu orang saleh, (berarti) kamu telah menyegerakan kebaikan, dan bila jenazah itu tidak saleh, (berarti) kamu segera menanggalkan kejelekan yang ada pada pundakmu.” (HR. al-Jamaah).

Rasulullah saw. pernah mengantarkan jenazah Sa’ad bin Mu’adz sampai tali sandalnya putus. (HR. al-Bukhari fi at-Tarikh).

Dalam kitab Fath al-Bari dijelaskan, bahwa yang dimaksud dengan menyegerakan jenazah itu bukan berarti mesti terburu-buru, hanya mesti beda dengan jalan biasa (kalau jalan kaki). Al-Qurthubu berkata, “maksud hadits tersebut adalah jangan lamban dalam membawa jenazah, demikian pula dalam menguburkannya.”
Rasulullah saw bersabda, “Jika salah seorang kamu mati, janganlah ditahan-tahan tetapi bersegeralah antarkan ke kuburan.” (HR. ath-Thabrani).
Perlu diketahui bahwa jenazah Rasulullah saw. ditahan (tidak disegerakan  penguburannya) selama dua hari, hal itu dilakukan karena kaum muslimin melakukan musyawarah dan perundingan untuk menentukan siapa yang akan mengantikan kekhalifahan setelah Rasulullah saw. wafat. Musyawarah dan perundingan sangat ketat sehingga terpilihlah Abu Bakar Shiddiq sebagai khalifah pertama. Setelah itu barulah Rasulullah saw. dikebumikan.

(2) Bila melihat atau menyaksikan jenazah diantar ke kuburan disunnahkan berdiri. Sebagimana sabda Rasulullah saw., “Apabila kamu melihat jenazah lewat (dibawa ke kuburan), maka hendaklah kamu berdiri sampai jenazah meninggalkanmu.”. (HR. al-Bukhari).
Dalam keterangan lain dijelaskan bahwa Rasulullah saw. berdiri (sebagai penghormatan) kepada jenazah orang Yahudi, seraya bersabda, “Sesungguhnya jenazah itu adalah manusia, hanya saja tidak boleh dido’akan.”

(3) Sebaiknya tidak menguburkan jenazah pada tiga waktu, yaitu ketika terbit matahari sebelum meninggi, ketika matahari berada di tengah-tengah waktu siang, sebelum condong ke barat, dan ketika matahari sedang terbenam sebelum benar-benar terbenam. Sebagaimana dinyatakan dalam hadits riwayat Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dll, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Ada tiga waktu yang padanya dilarang oleh Nabi saw. melakukan shalat dan menguburkan jenazah : ketika matahari terbit dengan terang benderang sampai naik, ketika matahari tepat berada di tengah langit, dan ketika matahari condong hendak terbenam sampai terbenam.”

(4) Tidak ada halangan menguburkan jenazah di waktu malam. Jumhur ulama berpendapat bahwa menguburkan jenazah di waktu malam, sama saja dengan waktu siang. Rasulullah saw. telah menguburkan salah seorang sahabatnya di waktu malam. Demikian pula Ali bin Abi Thalib menguburkan Fatimah di malam hari. Dan Abu Bakar, Umar, Utsman, ‘Aisyah dan Ibnu Mas’ud juga dikuburkan waktu malam. Di antara hadits yang menerangkan hal ini diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi.

(5) Hendaklah yang menguburkan jenazah itu laki-laki sekalipun yang dikuburkan itu jenazah perempuan, sebagaimana ditegaskan dalam hadits riwayat al-Bukhari.

(6) Lebih utama jenazah itu dikuburkan oleh keluarganya atau kaum kerabatnya. Yang demikian itu adalah sunnah Rasulullah saw. dan para sahabatnya. Namun demikian, tentu saja tidak tercela jika yang menguburkan itu orang-orang yang tidak ada hubungan keluarga  bila tidak ada sanak famili atau kerabat yang mampu melakukannya.

(7) Dibolehkan menguburkan beberapa mayat dalam satu lubang kubur (kuburan massal) sebagaimana pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. pada waktu menguburkan beberapa jenazah syuhada Badar dalam satu lubang kubur.

(8) Tidak dibenarkan menyatukan jenazah muslim dengan mayat kafir dalam satu kuburan, dan dilarang pula mencampurkan pemakaman muslim dengan pemakaman kafir sebagaimana terjadi pada masa Rasulullah saw. yang memisahkan antara kuburan muslim dan kafir.

(9) Dalam memasukkan jenazah ke kubur, hendaklah mayat itu dimasukkan dari arah kaki kuburannya, yaitu suturunkan bagian kepalanya terlebih dahulu, sebagaimana ditegaskan dalam hadits Abu Dawud.

(10) Ketika menurunkan mayat ke dalam kubur dan meletakkan dalam liang lahad hendaklah mengucapkan bacaan, “Bismillahi ‘ala millati Rasulillah” atau “Bismillahi wa ‘ala millati Rasulullah”.

(11) Di dalam lubang kubur hendaklah dibuatkan lahad, yaitu ceruk atau relung di lubang kubur tempat meletakkan mayat, sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim.

(12) Meletakkan jenazah dalam liang lahad dengan dalam posisi miring di atas rusuk kanan dan menghadapkan wajahnya ke kiblat. Perlu dicatat bahwa tidak terdapat keterangan dari agama yang mengharuskan mayat mencium tanah hingga harus dibuka kafan yang menutupi mukanya.

(13) Dibolehkan meninggikan kuburan dari pernukaan tanah kira-kira sejengkal, agar diketahui bahwa itu kuburan. Sebagimana dijelaskan dalm riwayat al-Baihaqi dari Jabir : “Bahwasanya telah ditinggikan kuburan Nabi saw. dari permukaan tanah kira-kira satu jengkal.”

(14) Demikian pula terdapat tuntunan dalam sunnah memberi tanda pada kuburan dengan sesuatu (batu) di atas kepala kubur untuk mengenalnya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Ibnu  Majah, “Bahwasanya Nabi saw. memberi tanda kuburan Utsman bin Madz’un dengan batu, yaitu diletakkannya batu itu di atas kuburannya untuk menandainya.”

(15) Adapun meninggikan kuburan lebih dari sejengkal tidak diperbolehkan, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dn lain-lain dari Harun, bahwa Tsumamah bin Syufai bercerita kepadanya, katanya, “Kami berada di daerah Romawi Rhudus bersama Fudhalah bin Ubaid. Salah seorang sahabat kami meninggal dunia. Maka Fudhalah menyuruh meratakan kuburannya seraya berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. menyuruh meratakannya.”

Diriwayatkan pula, “Dari Abil Hiyaj al-As’adi, ia berkata, Telah berkata kepadaku Ali bin Abi Thalib, maukah anda saya beri tugas sebagaimana saya ditugaskan oleh Rasulullah saw. yaitu janganlah engkau membiarkan sebuah patung melainkan harus engkau hancurkan, dan janganlah engkau biarkan satu kuburan yang tinggi melainkan harus engkau ratakan.” (HR. Muslim, Abu Dawud, an-Nasai, at-Tirmidzi, al-Hakim dan Ahmad).

(16) Demikian pula  haram hukumnya menembok kuburan dan menulis namanya di atas batu nisan berdasarkan keterangan dari Jabir, ia berkata, “Rasulullah saw. melarang menembok kuburan, mendudukinya dan mendirikan bangunan di atasnya” (HR. Ahmad, Muslim, an-Nasai, Abu Dawud dan at-Tirmidzi) yang menyatakannya sah dengan kata-kata berikut, “Rasulullah saw. telah melarang menembok kuburan, membuat tulisan padanya, mendirikan bangunan di atasnya, menambahnya dan menginjaknya.” Sedang kata-kata dari Nasai berbunyi, “Mendirikan bangunan di atas kuburan, menambahnya, menemboknya dan menulisinya.”

(17) Dilarang duduk di atas kuburan, haram berdasarkan hadits riwayat Muslim, dari Jabir, ia berkata, “Rasulull;ah saw. melarang menembok kuburan dan mendudukinya serta mendirikan bangunan di atasnya.” (HR. Muslim).

Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah, ia berkata : “Telah bersabda Rasulullah saw., yang artinya :” Sungguh, sekiranya seseorang kamu duduk di atas bara api sampai terbakar pakaiannya lalu menembus kulitnya, lebih baik daripada duduk di atas kuburan.”

(18) Dibolehkan menggali kuburan dan memindahkan mayat mayat karena ada suatu keperluan atau alasan yang dipandang penting seperti dikuburkan belum dimandikan atau salah tempat penguburan.

Maha suci Allah dengan segala Firman-NYA.

Kehidupan Akhirat adalah Kehidupan yang Sebenar-benarnya

By indra januar |
Posted in


الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على سيد المرسلين وخاتم النبيين، سيدنا
محمد النبي الأمي وعلى آله وصحبه أجمعين.والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين
Kehidupan akhirat adalah merupakan kehidupan yang sebenarnya yang kekal, banyak dibahas di Qur’an dan hadis, puncak kesuksesan kata Allah di Qur’an adalah orang yg dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga

وَمَا هَـٰذِهِ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَهۡوٌ۬ وَلَعِبٌ۬‌ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلۡأَخِرَةَ لَهِىَ ٱلۡحَيَوَانُ‌ۚ لَوۡ ڪَانُواْ يَعۡلَمُونَ (٦٤)

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS.Al Ankabut/29:64)

{ كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما ٱلْحَيَاةُ ٱلدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ ٱلْغُرُورِ }
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Qs. Ali Imran/3:185)
أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ ٱلْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, (QS. A Nisa’/4:78)
{ قُلْ إِنَّ ٱلْمَوْتَ ٱلَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاَقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ }
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al jumuah/62:8)

حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُصْبَغُ فِي النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ يُقَالُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ
“Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” (HR Muslim 5018)


وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ قَطُّ وَلَا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ

“Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)

Selasa minggu lalu 5/1, Ustadz KH Dr Ahzami , membahas tentang Adaabul Qobri / Siksa Kubur, ada beberapa yang menyebabkan disiksa dalam Kubur berdasarkan keterangan dari Rasulullah SAW dalam kitab2 hadis antara lain:
Kencing tanpa tutup , kecing tidak cebok / tidak mensucikan kencingnya, Namimah ( adu domba) , Ghibah (mengunjing / membicarakan aib orang lain) , curang (misalnya koruptor) , riba , zina, pembohong / dusta, orang munafik, orang2 kafir.
Kepada Fir’un di dalam kuburnya ditampakkan neraka pagi dan petang sebelum hari bangkit (kiamat), seperti disebutkan di Quran:
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوّاً وَعَشِيّاً وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُواْ ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir`aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”.(Al Mu’min/40:46)
Orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa, menunjukkan di dalam kuburnya terdapat siksa kubur, seperti disebutkan di Quran:
يأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ لاَ تَتَوَلَّوْاْ قوْماً غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ قَدْ يَئِسُواْ مِنَ الاٌّخِرَةِ كَمَا يَئِسَ الْكُفَّـرُ مِنْ أَصْحَـبِ الْقُبُورِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah, sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa.”(QS Al Mumtahanah/60:13)
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ
(Allah meneguhkan iman orang-orang mukmin dengan ucapan yang teguh/QS.14/27). Kemudian beliau bersabda: Ayat ini turun mengenai siksa kubur. Ditanyakan kepada orang mukmin: Siapa tuhanmu? Ia menjawab: Tuhanku Allah, dan Nabiku, Muhammad saw. Itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيَوةِ الدُّنْيَا وَفِى الاٌّخِرَةِ
(Allah meneguhkan iman orang-orang mukmin dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan dunia dan akhirat/QS.14/27) (HR. Bukhari, Muslim, dll).
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ قَالَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ أَوْ مَكَّةَ فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِي قُبُورِهِمَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ ثُمَّ قَالَ بَلَى كَانَ أَحَدُهُمَا لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ وَكَانَ الْآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ دَعَا بِجَرِيدَةٍ فَكَسَرَهَا كِسْرَتَيْنِ فَوَضَعَ عَلَى كُلِّ قَبْرٍ مِنْهُمَا كِسْرَةً فَقِيلَ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ تَيْبَسَا أَوْ إِلَى أَنْ يَيْبَسَا
Hadits riwayat Ibnu Abbas ra. ia berkata: Rasulullah saw. pernah melewati dua buah kuburan, lalu beliau bersabda: Ingat, sesungguhnya dua mayat ini sedang disiksa, namun bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena ia dulu senang mengadu domba, sedang yang lainnya disiksa karena tidak membersihkan dirinya dari air kencingnya. Kemudian beliau meminta pelepah daun kurma dan dipotongnya menjadi dua. Setelah itu beliau menancapkan salah satunya pada sebuah kuburan, dan yang satunya lagi pada kuburan yang lain seraya bersabda: Semoga pelepah itu dapat meringankan siksanya, selama belum kering (HR. Bukhari, Muslim, dll).
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ كِلَاهُمَا عَنْ جَرِيرٍ قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَتْ عَلَيَّ عَجُوزَانِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ الْمَدِينَةِ فَقَالَتَا إِنَّ أَهْلَ الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِي قُبُورِهِمْ قَالَتْ فَكَذَّبْتُهُمَا وَلَمْ أُنْعِمْ أَنْ أُصَدِّقَهُمَا فَخَرَجَتَا وَدَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَجُوزَيْنِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ الْمَدِينَةِ دَخَلَتَا عَلَيَّ فَزَعَمَتَا أَنَّ أَهْلَ الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِي قُبُورِهِمْ فَقَالَ صَدَقَتَا إِنَّهُمْ يُعَذَّبُونَ عَذَابًا تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ قَالَتْ فَمَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ فِي صَلَاةٍ إِلَّا يَتَعَوَّذُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَشْعَثَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ بِهَذَا الْحَدِيثِ وَفِيهِ قَالَتْ وَمَا صَلَّى صَلَاةً بَعْدَ ذَلِكَ إِلَّا سَمِعْتُهُ يَتَعَوَّذُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Dua orang nenek Yahudi Madinah datang kepadaku. keduanya berkata: Ahli kubur akan disiksa di dalam kuburnya. Aku tidak menganggap bohong atau membenarkan kata dua orang nenek itu. Kemudian Rasulullah saw. datang dan aku berkata: Wahai Rasulullah! Dua orang nenek Yahudi Madinah datang kepadaku. Mereka mengira bahwa ahli kubur akan disiksa di kuburnya. Beliau menjawab: Mereka benar. Sesungguhnya mereka ahli kubur akan disiksa dengan sebuah siksaan yang didengar oleh hewan ternak. Setelah itu aku lihat beliau selalu mohon perlindungan dari siksa kubur setiap shalat (HR. Bukhari, Muslim, dll).
و حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ وَابْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو كُرَيْبٍ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ جَمِيعًا عَنْ وَكِيعٍ قَالَ أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ حَسَّانَ بْنِ عَطِيَّةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي عَائِشَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَعَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Bila salah seorang di antara kalian tengah duduk tasyahhud, hendaknya dia memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara. Lalu beliau berdo`a (ALLUHMMA INNIE A’UDUDHUBIKA MIN ADHAABI JAHANNAMA WA MIN ADHAABIL QOBRI WA MIN FITANATI MAHYAA WAL MAMAATI WA MIN SYARRI MASIEHID DAJJAL) Ya Allah. Sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada-Mu dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian serta dari fitnah jahat Al masih Dajjal (HR. Bukhari, Muslim, dll).
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ح و حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ كُلُّهُمْ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَوْنِ بْنِ أَبِي جُحَيْفَةَ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ جَمِيعًا عَنْ يَحْيَى الْقَطَّانِ وَاللَّفْظُ لِزُهَيْرٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنِي عَوْنُ بْنُ أَبِي جُحَيْفَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ الْبَرَاءِ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ مَا غَرَبَتْ الشَّمْسُ فَسَمِعَ صَوْتًا فَقَالَ يَهُودُ تُعَذَّبُ فِي قُبُورِهَا
Hadits Riwayat Abu Ayyub ra. ia berkata: Rasulullah saw. keluar ketika matahari sudah terbenam, beliau mendengar suara, maka beliau bersabda: Orang Yahudi sedang disiksa di kuburnya (HR. Bukhari, Muslim, dll).
Diperlihtakan surga atau neraka tempatnya kepada ahli kubur seperti hadis dibawah ini:
حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ قَتَادَةَ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ قَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ قَالَ يَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ قَالَ فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ قَالَ فَيُقَالُ لَهُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ النَّارِ قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا قَالَ قَتَادَةُ وَذُكِرَ لَنَا أَنَّهُ يُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا وَيُمْلَأُ عَلَيْهِ خَضِرًا إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
حَدَّثَنَا عَيَّاشٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا سَعِيدٌ قَالَ وَقَالَ لِي خَلِيفَةُ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتُوُلِّيَ وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ فَيَقُولَانِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ فَيُقَالُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ النَّارِ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوْ الْمُنَافِقُ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ
Hadits riwayat Anas bin Malik ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya seorang hamba jika diletakkan di dalam kuburnya dan teman-temannya sudah meninggalkannya, ia mendengar suara sandal mereka. Kemudian ia didatangi dua malaikat lalu mendudukkannya dan bertanya: Apa pendapatmu tentang lelaki ini (Muhammad saw.)? Adapun orang mukmin, akan menjawab: Aku bersaksi bahwa dia hamba Allah dan utusan-Nya. Maka dikatakan kepadanya, Lihatlah tempatmu di neraka, Allah telah menggantinya dengan tempat di surga. Maka ia dapat melihat keduanya (HR. Bukhari, Muslim, dll). Adapun orang kafir dan orang munafik menjawab tidak tahu lalu disiksa dipukul dengan besi…..
Mari kita bertaubat terhadap semua dosa kita dan memperbanyak ibdah dan amal-amal sholeh, seingga Allah mengampuni dosa2 kita semua dan dimasukkan kedalam surga-Nya
{ كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما ٱلْحَيَاةُ ٱلدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ ٱلْغُرُورِ }
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Qs. Ali Imran/3:185)

Di surga hanya tinggal memetik hasilnya atas Rahmat dan Ridho Allah SWT yg diberikan kepada hamba-hamba-Nya yg sholeh, jadi tinggal senang 2, maka dari itu dunia disebut sebagi Daarul Amal (kampung untuk beramal dan beribadah hanya kepada Allah azza wa Jalla karena untuk itulah kita diciptakan oleh-Nya) adapun kampung akhirat adalah Daarul Jaza’ artinya kampung balasan yang paling sempurna yang Allah berikan kepada Hamba-hambanya seprti kutipan ayat yg dikirim sebelumnya “Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu” (Qs. Ali Imran/3:185
semoga kita termasuk orang2 yg selalu mendapat rahmat dan ridho Nya.
Begitupun juga balasan hukuman bagi yg mendurhakai-Nya, yg tak patuh / tak taat kepada Allah dan Rasul-Nya sangat dahsyat sekali… , malah lebih takut kepada manusia , lebih takut kepada bos yg mereka Allah ciptakan juga…. mudah2 kita dijauhkan dari adabnya yg sangat pedih…. seperti kutipan hadis dibawah tadi… coba baca lagi .
Tapi di-ulang2 di Qur’an kebanyakan manusia itu lalai (Qaafiel) hanya sedikit yang bersyukur (tidak mau menjalankan perintah dan menjahui larangannya) sering disebut di Qur’an. artinya jauh lebih mengutamakan kehidupan dunia yang sangat singkat, padahal kata Rasulullah SAW “kebanyakan umur ummatku antara 60-70. , kata habib pengajian kemaren bagi yg berumur lebih 30 sudah telah lebih separuh, apalagi yg 50 keatas sudah ashar… adapun kehidupan akhirat kekal, yg sehari disana sama 1000 tahun di dunia bahkan disebut 50.000 tahun di dunia. karena ketika di tanya oleh Allah SWT di akhirat “berapa kamu tinggal di dunia kita semua jawab tinggal setengah hari atau sehari ( yauman aw ba’da yaum), bahkan bagai hidup di waktu dhuha dan di waktu sore saja…(illa ‘asyiyatan aw dhuhaaha kata Qur’an)

والله أعلم بالصواب وإليه المرجع والمآب، فتبارك الله رب العالمين، حسبنا الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم، والصلاة والسلام على سيدنا محمد سيد المرسلين، وإمام المتقين، وخاتم النبيين، وعلى آله وصحبه أجمعين. سُبْحَـنَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَـمٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ للَّهِ رَبّ الْعَـلَمِينَ
Semoga bermanfaat

Mengenal Syafa’at Nabi

By indra januar |
Posted in

Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in.

Hari kiamat adalah kehidupan di akhirat yang satu harinya sama dengan 50.000 tahun lamanya. Di sana tidak terdapat bangunan, pohon untuk berlindung, dan tidak ada pula pakaian yang menutupi badan. Keadaan pada saat itu saling berdesakan. Allah Ta’ala mengisahkan kejadian pada saat itu,

Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok; dan merendahlah semua suara kepada Rabb Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.” (QS. Thaahaa [20] : 108)

Hari tersebut adalah hari yang sangat dahsyat. Manusia pada saat itu akan menemui kesulitan dan kesusahan yang tidak mampu untuk dihilangkan selain dengan meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala melalui syafa’at. Akhirnya, orang-orang saat itu mendapatkan ilham untuk meminta syafa’at kepada para Nabi untuk menghilangkan kesulitan mereka saat itu.

Apa itu Syafa’at ?
I
bnul Atsir mengatakan,
“Kata syafa’at telah disebutkan berulang kali dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baik yang berkaitan dengan urusan dunia maupun akhirat. Yang dimaksud dengan syafa’at adalah meminta untuk diampuni dosa dan kesalahan di antara mereka.”

Dalam Tajul ‘Urus, asy syafi’ (الشَّفِيْـعُ) adalah orang yang mengajukan syafa’at, bentuk jama’/pluralnya adalah syufa’a’ (شُفَعَاءُ) yaitu orang yang meminta untuk kepentingan orang lain agar keinginannya terpenuhi.
Syaikh Sholih Al Fauzan mengatakan:

“Syafa’at secara bahasa diambil dari kata (الشَفْعُ) yang merupakan lawan kata dari (الوِتْرُ). Sedangkan (الوِتْرُ) adalah ganjil atau tunggal. Kata (الشَفْعُ) berarti lebih dari satu yaitu dua, empat, atau enam. Dan (الشَفْعُ) dikenal dengan istilah bilangan ‘genap’.

Secara istilah, syafa’at adalah menjadi perantara (penghubung) dalam menyelesaikan hajat yaitu perantara antara orang yang memiliki hajat dan yang bisa menyelesaikan hajat.”

Agar lebih memahami syafa’at dapat kami contohkan sebagai berikut:
Si A memiliki hajat untuk membangun rumah. Dia tidak memiliki dana yang cukup. Oleh karena itu, agar bisa mencukupi kebutuhannya dia ingin meminjam uang pada si B yang terkenal kaya di daerahnya. Namun, si A ini tidak begitu akrab dengan si B sehingga dia meminta si C untuk jadi perantara. Akhirnya, si C mengantarkan si A pada si B sehingga keperluan si A terpenuhi.
Si C yang berlaku sebagai perantara di sini disebut dengan syafi’ yaitu pemberi syafa’at.
Sedangkan syafa’at ketika hari kiamat nanti di antaranya adalah melalui syafa’at (perantara) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umat yang sebelumnya mengalami kesulitan ketika berkumpul di padang masyhar, akhirnya mendapat pertolongan melalui syafa’at beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Syafa’at ini adalah do’a yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam simpan untuk umatnya di hari kiamat nanti.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap Nabi memiliki do’a (mustajab) yang digunakan untuk berdo’a dengannya. Aku ingin menyimpan do’aku tersebut sebagai syafa’at bagi umatku di akhirat nanti.” (HR. Bukhari no. 6304)

Selanjutnya kita akan melihat kisah syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam –yang dikenal dengan syafa’at al-‘uzhma- dalam hadits yang cukup panjang. Kisah ini terjadi ketika berkumpulnya manusia di padang masyhar.
Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disodorkan daging, lalu ditawarkan kepadanya sebesar satu hasta (dari daging tersebut). Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyantapnya dengan sekali gigitan, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Aku adalah sayyid (pemimpin) manusia pada hari kiamat nanti. Apakah kalian tahu mengapa bisa demikian?
Allah mengumpulkan seluruh makhluk pada hari kiamat di satu tempat yang luas. Pada saat itu memanggil orang yang jauh dan yang dekat sama saja. Demikian pula, melihat yang jauh sama dengan melihat suatu yang dekat. Matahari (pada saat itu) didekatkan. Akhirnya, manusia pada saat itu berada dalam kesusahan dan kesedihan. Mereka tidak kuasa menahan dan memikul beban pada saat itu. Lalu ada sebagian orang mengatakan kepada yang lainnya, “Apakah kalian tidak melihat kesusahan yang menimpa kalian? Apakah kalian tidak melihat apa yang kalian alami? Apakah kalian tidak melihat ada orang yang akan memberi syafa’at untuk kalian kepada Rabb kalian?” Maka sebagian orang berkata kepada yang lainnya supaya mendatangi Nabi Adam ‘alaihis salam.


Kemudian mereka mendatangi (Nabi) Adam. Lalu mereka mengatakan, “Wahai Adam engkau adalah bapak seluruh manusia. Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya, Dia meniupkan ciptaan ruh-Nya pada dirimu, dan Dia memerintahkan malaikat untuk sujud kepadamu. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Adam mengatakan, ”Sesungguhnya hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Dia telah melarangku untuk mendekati sebuah pohon, namun diriku melanggarnya. Pergilah kalian kepada selain aku! Pergilah kalian kepada Nuh ‘alaihis salam!”

Lalu mereka mendatangi Nuh. Kemudian mereka mengatakan, “Wahai Nuh. Engkau adalah rasul pertama yang diutus ke bumi . Allah menyebutmu sebagai hamba yang bersyukur. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Nuh mengatakan kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Do’a yang kumiliki telah kugunakan untuk mendo’akan kejelekan bagi kaumku. Pergilah kalian kepada Ibrahim!”

Lalu mereka mendatangi Ibrahim ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah Nabi Allah dan kekasih-Nya (kholilullah) dari penduduk bumi. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Ibrahim berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya.” Lalu beliau menceritakan beberapa kebohongan yang pernah beliau lakukan. Pergilah kalian kepada selainku! Pergilah kalian kepada Musa!”

Lalu mereka mendatangi Musa ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah utusan Allah yang Allah memuliakanmu lebih dari manusia lainnya dengan risalah-Nya dan Dia berbicara langsung padamu. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Musa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. Aku sendiri pernah membunuh seseorang, padahal aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Pergilah kalian kepada Isa!”

Lalu mereka mendatangi Isa ‘alaihis salam. Kemudian mereka berkata, “Engkau adalah utusan Allah dan engkau berbicara kepada manusia ketika bayi. Engkau adalah kalimat dari-Nya yang diberikan kepada Maryam dan ruh yang berasal dari-Nya. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah menimpa kami?” Lalu Isa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya pada hari ini Rabbku marah dengan kemarahan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan marah semisal itu sesudahnya. –Lalu beliau tidak menyebutkan adanya dosa yang pernah beliau perbuat-. Pergilah kalian kepada selain aku. Pergilah kalian kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam!”

Lalu mereka mendatangiku. Kemudian mereka mengatakan, “Engkau adalah utusan Allah, penutup para Nabi, Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan akan datang. Berilah syafa’at untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat yang telah tertimpa pada kami?”
Kemudian saya (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) pergi menuju bawah ‘Arsy. Lalu aku bersujud kepada Rabbku. Kemudian Allah memberi ilham padaku berbagai pujian dan sanjungan untuk-Nya yang belum pernah Allah beritahukan kepada seorang pun sebelumku.
Kemudian ada yang mengatakan, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah pasti engkau akan diberi, berilah syafa’at pasti akan dikabulkan’. Lalu aku mengangkat kepalaku. Kemudian aku berkata, ‘Wahai Rabbku, umatku, umatku.’ Maka dikatakan, ‘Wahai Muhammad, suruhlah umatmu yang tidak dihisab untuk masuk ke surga melalui salah satu pintu surga di sisi kanan sedangkan pintu-pintu yang lain adalah pintu surga bagi semua orang. Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya. Sesungguhnya di antara dua daun pintu di surga, bagaikan jarak Makkah dengan Hajar atau bagaikan jarak Makkah dengan Bashroh. (HR. Muslim no. 501)

Beberapa Pelajaran Penting dari Hadits Di Atas:
[Pertama] Syafa’at itu memiliki syarat-syarat sehingga  tidak berlaku secara mutlak.
[Kedua] Syafa’at itu ada dua macam.
syafa’at yang dinafikan (ditiadakan) oleh Allah jalla Pertama adalah  syafa’at yang diminta tanpa izin Allah. Tidak ada seorang wa ‘ala yaitu  syafa’at kecuali dengan izin-Nya. Perhatikanlah pun yang dapat memberi  makhluk yang paling utama dan penutup para Nabi -yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-, jika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin memberi syafa’at kepada orang-orang yang mengalami kesulitan di padang mahsyar pada hari kiamat, beliau tersungkur dan bersujud di hadapan Allah, beliau memohon kepada-Nya dan menyanjung-Nya. Beliau tidaklah berhenti bersujud sampai dikatakan padanya,

“Angkatlah kepalamu. Mintalah pasti engkau akan didengar. Berilah syafa’at pasti akan dikabulkan“.

Kedua adalah syafa’at mutsbatah (yang ditetapkan) yaitu syafa’at yang diberikan kepada orang yang bertauhid. Syafa’at tidaklah  bermanfaat bagi orang-orang musyrik dan orang-orang yang bertaqarub (mendekatkan diri) dan bernadzar kepada kubur. Perbuatan semacam ini adalah kesyirikan, syafa’atnya tidak bermanfaat sama sekali.

Perhatikanlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri baru bisa memberi syafa’at setelah diizinkan oleh Allah.